Al'Allamah Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di rahimahullah memaparkan tentang bid'ah, "Bid'ah adalah perkara yang diada-adakan dalam agama. Sesungguhnya agama itu adalah apa yang datang dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam sebagaimana termaktub dalam Al-Qur'an dan As-Sunnah (ajaran beliau).Jadi, apa yang ditunjukkan oleh Al-Qur'an dan As-Sunnah, itulah agama.
Jawaban2: Memahami dengan benar [ุงูู
ุตุงูุญ ุงูู
ุฑุณูุฉ] "al-masholihul mursalah". Yang mendukung bid'ah hasanah kurang paham, sehingga menggiranya adalah bid'ah. Memang keduanya hampir mirip yaitu sama-sama kelihatannya hal yang baru dalam agama. Tetapi hakikatnya al-masholihul mursalah ada dalilnya dalam syariat. Bagi yang
o9YRuz. ๏ปฟPertanyaan Saya sering mendengar ustadz bicara tentang bidโah. Apa sih definisi bidโah dan contoh nyatanya di masyarakat sekarang? andiga putra Jawaban Bismillah. Imam Asy-Syatibi dalam kitabnya, Al-Iโtisham, memberikan definisi bidโah, sebagai berikut, ุทุฑููุฉ ููุงูุฏูู ู
ุฎุชุฑุนุฉ ุชุถุงูู ุงูุดุฑุนูุฉ ููุตุฏ ุจุงูุณููู ุนูููุง ุงูู
ุจุงูุบุฉ ูู ุงูุชุนุจุฏ ููู โJalan dalam meniti kehidupan beragama, yang jalan itu merupakan sesuatu yang dibuat-buat dan menyerupai syariat, dan dia dilaksanakan dengan tujuan memperbanyak ibadah kepada Allah.โ Contoh nyata bidโah adalah tahlilan dan peringatan kematian. Jika ditilik dari definisi di atas maka perbuatan ini termasuk bidโah, dari beberapa sisi Tahlilan merupakan jalan dalam meniti agama. Karena itulah, acara ini dilakukan terus-menerus. Dibuat-buat; karena acara ini tidak memiliki landasan dalil. Menyerupai syariat; dalam acara ini ada aturan tertentu yang tidak boleh dilanggar, saperti bacaan, urutan bacaan, dan rangkaian acara lainnya. Dilaksanakan untuk tujuan memperbanyak ibadah kepada Allah; semua orang yang mengikuti acara ini sepakat bahwa tujuannya adalah ibadah, mencari pahala. Jika memenuhi definisi di atas, berarti tahlilan dan acara kematian termasuk bidโah. Untuk kasus bidโah yang lain, Anda bisa menggunakan definisi dari Imam Asy-Syatibi di atas. Semoga bermanfaat. Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits, dari Dewan Pembina Konsultasi Syariah. Artikel ๐ Wanita Mandi Bersama Lelaki, Dialog Agama Islam Vs Kristen, Hukum Suami Tidak Menafkahi Istri, Niat Sholat Isya Sendiri, Ramalan Kematian Ciri Orang Akan Meninggal, Niat Tidur KLIK GAMBAR UNTUK MEMBELI FLASHDISK VIDEO CARA SHOLAT, ATAU HUBUNGI +62813 26 3333 28
In a hadith, Prophet Muhammad Saw said, โevery bidโah is a going astray.โ Some people understand that the bidโah in the hadith is anything new in Islam which is never done by the Prophet. This paper attempts to probe the concept of bidโah in the hadith. After searching several books of hadiths, apparently there are some cases that occurred during the period companions of the Prophet and afterwards in which showing the companionโs creativity in worship, but the worship practice has never been done by the Prophet and had never been ordered to do. Nevertheless, the Prophet accepted it and gave it high appreciation since the new things were in accordance to Islamic teachings. On the other hand, there was also something new in religious matters conducted by some companions. Because it contradicts the teachings of Islam, the Prophet refused and banned it. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Ilmu Ushuluddin, Januari 2016, hlm. 63-72 Vol. 15, No. 1 ISSN 1412-5188 MENELISIK KONSEP BIDโAH DALAM PERSPEKTIF HADIS Muhammad Arabiy Fakultas Ushuluddin dan Humaniora IAIN Antasari Banjarmasin Diterima tanggal 3 Januari 2016 / Disetujui tanggal 7 Februari 2016 Abstract In a hadith, Prophet Muhammad Saw said, โevery bidโah is a going astray.โ Some people understand that the bidโah in the hadith is anything new in Islam which is never done by the Prophet. This paper attempts to probe the concept of bidโah in the hadith. After searching several books of hadiths, apparently there are some cases that occurred during the period companions of the Prophet and afterwards in which showing the companionโs creativity in worship, but the worship practice has never been done by the Prophet and had never been ordered to do. Nevertheless, the Prophet accepted it and gave it high appreciation since the new things were in accordance to Islamic teachings. On the other hand, there was also something new in religious matters conducted by some companions. Because it contradicts the teachings of Islam, the Prophet refused and banned it. Kata kunci Sunnah Nabi, Sunnah khulafรข al-rรขsyidรฎn, umศr muhdatsah, bidโah. Pendahuluan Sudah dimaklumi bersama bahwa hadis adalah sumber ajaran Islam kedua setelah al-Qurโan. Oleh karena itu, untuk memperoleh pengetahuan tentang agama Islam yang benar diperlukan pemahaman yang benar terhadap hadis, sebagaimana dibutuhkan pemahaman yang sahih terhadap al-Qurโan. Jika tidak, maka bisa terjadi kesalahan dalam memahami hadis yang berakibat kekeliruan dalam pengamalan aplikasi hadis tersebut. Bahkan bisa menyalahkan orang lain yang berbeda pemahaman. Dalam upaya memperoleh pemahaman yang benar terhadap hadis, ulama telah menyebutkan beberapa kaidah atau ketentuan dhawรขbith.Di antaranya ialah mengumpulkan hadis-hadis yang berbicara tentang satu cara ini, akan diperoleh pemahaman yang utuh tidak parsial terkait tema dimaksud. Misalnya hadis tentang bidโah. Sebagian orang hanya mengambil satu hadis, sehingga pemahamannya tentang bidโah menjadi sempit. Menurutnya, segala perkara baru dalam hal ibadah yang tidak ada pada masa Nabi itu adalah bidโah. Hadis dimaksud misalnya perkataan Nabi Saw ๎พ๎๎
๎ถ๎๎ฐ๎๎๎๎๎๎๎๎๎๎๎๎ฌ๎๎ฌ๎๎ฅ๎๎๎๎
๎ก๎๎๎๎๎
๎ธ๎๎๎ณ๎ก๎๎๎๎๎๎จ๎๎๎ข๎
๎๎ณ๎ก๎๎๎๎๎๎น๎๎๎๎๎๎๎๎น๎ข๎๎ฏ๎๎ก๎๎พ๎
๎ฆ๎๎๎๎๎ข๎๎๎๎๎๎ฆ๎๎ท๎๎๎๎พ๎๎ป๎๎๎๎ง๎๎๎
๎บ๎๎ท๎๎๎
๎๎๎ ๎๎๎๎๎
๎ถ๎๎ฐ๎
๎ผ๎๎ท๎๎๎๎๎๎๎๎
๎๎พ๎
๎ ๎๎ฅ๎๎ข๎๎ง๎ข๎๎ด๎๎ฌ๎
๎ป๎ก๎๎๎๎ฏ๎ก๎๎
๎๎ฐ๎๎๎๎
๎ถ๎๎ฐ๎
๎๎๎ด๎๎ ๎๎ง๎๎๎๎ฌ๎๎ผ๎๎๎๎ฅ๎๎๎๎จ๎๎ผ๎๎๎๎๎๎๎๎ ๎ข๎๎จ๎๎ด๎๎ผ๎๎ณ๎ก๎๎๎๎บ๎๎๎พ๎๎๎ก๎๎๎ณ๎ก๎๎๎๎
๎๎๎๎พ๎
๎๎๎ธ๎๎ณ๎ก๎๎ก๎๎๎๎๎๎๎๎๎ข๎๎๎
๎๎๎ด๎๎๎๎๎๎๎๎ณ๎ก๎๎๎๎ผ๎ณ๎ข๎๎ฅ๎๎๎
๎ถ๎๎ฏ๎ข๎๎๎๎๎๎๎๎๎๎ฉ๎ข๎๎ฏ๎๎พ๎
๎ธ๎๎ท๎๎๎๎๎๎๎๎๎ท๎๎๎๎ณ๎ก๎๎๎
๎น๎๎๎๎ง๎๎๎
๎ฒ๎๎ฏ๎๎๎๎จ๎๎ฏ๎๎พ๎
๎ธ๎๎ท๎๎๎๎จ๎๎๎
๎พ๎๎ฅ๎๎๎
๎น๎๎๎๎๎๎๎
๎ฒ๎๎ฏ๎๎๎๎จ๎๎๎
๎พ๎๎ฅ๎๎๎๎จ๎๎ณ๎ข๎๎ด๎๎๎ฎ๎๎พ๎ณ๎๎ป๎๎๎ต๎ข๎ท๎๎ก๎๎พ๎
ง๎๎๎บ๎๎๎๎ข๎ฅ๎๎ ๎ณ๎ก๎๎บ๎ฅ๎๎จ๎๎๎ข๎๎Selengkapnya lihat Yศsuf al-Qaradhawiy, al-Madkhal li Dirรขsat al-Sunnat al-Nabawiyyah Kairo Maktabah Wahbah, 1991 M/1411 H, 115-207. Yศsuf al-Qaradhawiy, al-Madkhal li Dirรขsat al-Sunnat al-Nabawiyyah, 128. Abศ Abdillรขh Ahmad bin Muhammad bin Hanbal al-Syaibรขniy, Musnad al-Imรขm Ahmad bin Hanbal, tahqรฎq Syuaib al-Arnรขuth Beirut Muassat al-Risรขlah, 2001 M/1421 H, No. 17144. Ilmu Ushuluddin Vol. 15, No. 1 โAku wasiatkan kepada kalian agar bertakwa kepada Allah dan mendengar serta mematuhi pemimpin meskipun ia seorang budak dari Habasyah. Barangsiapa di antara kalian yang masih hidup setelah wafatku, niscaya ia akan melihat perbedaan yang banyak. Maka tetaplah berpegang kepada sunnahku dan sunnah khulafรข al-rรขsyidรฎn yang diberi petunjuk. Gigitlah sunnah tersebut dengan gigi geraham peganglah erat-erat, dan jauhi perkara-perkara baru, karena tiap-tiap perkara baru itu ialah bidโah, dan setiap bidโah itu adalah sesat.โ Di dalam buku al-Sunan wa al-Mubtadaรขt disebutkan bahwa setiap bidโah yang terkait dengan agama adalah sesat. Bidโah dalam masalah agama dibagi menjadi empat macam pertama, al-bidaโ al-mukaffirah bidโah yang menyebabkan kafir, misalnya berdoa kepada selain Allah, seperti kepada para Nabi dan orang-orang shalih dan meminta pertolongan kepada mereka. Kedua, al-bidaโ al-muharramah bidโah yang diharamkan, misalnya bertawassul kepada Allah melalui orang yang telah meninggal, meminta doa mereka, menyalakan lampu di atas kuburan mereka. Ketiga, al-bidaโ al-makrศhah tahrรฎm, misalnya shalat zuhur setelah shalat Jumโat, membaca al-Qurโan dengan imbalan atau khataman yang dilakukan untuk orang yang sudah meninggal, berkumpul untuk melakukan doa bersama pada malam nishfu Syaโban dan pada malam maulid. Keempat, al-bidaโ al-makrศhah tanzรฎh, misalnya berjabat tangan setelah shalat, menggantungkan kain di atas mimbar, membaca doa รขsyศrรข, doa awal dan akhir redaksi hadis di atas diketahui bahwa setiap perkara baru bidโah itu sesat. Namun ada banyak hal-hal baru yang dilakukan oleh para sahabat berdasarkan ijtihad mereka, baik ketika Nabi masih hidup atau setelah wafat, yang kemudian disetujui oleh Nabi dan para sahabat, bahkan diberikan apresiasi. Yang jadi pertanyaan, hal-hal baru yang bagaimana yang dianggap sesat menurut hadis di atas? Bagaimana sikap Nabi Saw. dan al-Khulafรข al-Rรขsyidรฎn sesudahnya dalam menanggapi perkara-perkara baru? Konsep Sunnah dan Bidโah Berdasarkan Hadis Nabi Untuk mengetahui konsep bidah perlu dikenal lebih dulu makna sunnah, karena dua term ini merupakan sesuatu yang berlawanan berdasarkan hadis di atas. Dalam sebuah pernyataan dikatakan โ๎ ๎ข๎๎๎๎ก๎๎
๎๎ฌ๎ซ๎๎ข๎ฟ๎พ๎๎ฅโ๎ Adapun makna sunnah secara bahasa ๎ช๎๎๎๎ atau ๎จ๎ฌ๎๎๎ atau ๎ง๎
๎ yaitu cara atau jalan atau sejarah. Makna tersebut juga sesuai dengan yang dimaksud di dalam hadis-hadis ๎พ๎๎
๎บ๎๎ธ๎๎ง๎๎๎๎ค๎๎ฃ๎๎๎๎๎
๎บ๎๎๎๎๎๎ฌ๎๎ผ๎๎๎๎๎๎๎
๎๎๎ด๎๎ง๎๎๎๎ผ๎๎ท๎ฎโSiapa saja yang tidak suka dengan cara hidupku maka ia tidak termasuk golonganku.โ ๎พ๎๎๎บ๎๎ ๎๎ฆ๎๎ฌ๎๎ฌ๎๎ณ๎๎๎๎บ๎๎ผ๎๎๎๎๎
๎บ๎๎ท๎๎๎
๎ถ๎๎ฐ๎๎ด๎
๎ฆ๎๎ซ๎๎ก๎๎๎
๎ฆ๎๎๎๎๎๎๎
๎ฆ๎๎๎๎ฅ๎๎ข๎๎๎ก๎๎๎๎ฟ๎๎๎๎๎๎๎ก๎๎๎๎๎๎ฅ๎๎๎๎ฌ๎๎ท๎๎๎
๎๎๎ณ๎๎ก๎๎๎ฐ๎๎ด๎๎๎๎๎๎๎
๎ธ๎๎ณ๎๎๎๎ค๎๎๎๎๎๎ฝ๎๎๎ธ๎๎ฌ๎๎ฐ๎๎ด๎๎๎๎ณ๎ฎ๎๎๎ข๎๎ผ๎๎ด๎๎ซ๎๎ข๎๎๎๎๎๎ฑ๎๎๎๎๎๎๎๎๎พ๎
๎ด๎ณ๎ก๎๎๎๎๎ฝ๎๎๎๎๎๎ณ๎ก๎๎๎๎๎๎๎๎ข๎๎๎๎ผ๎ณ๎ก๎๎๎๎ฑ๎ข๎๎ซ๎พ๎๎๎๎
๎บ๎๎ธ๎๎ง๎ฎMuhammad Abd al-Salรขm Khadir al-Syaqรฎriy, al-Sunan wa al-Mubtadaโรขt al-Mutaโalliqat bi al-Adzkรขr wa al-Shalawรขt, terj. Achmad Munir Awood Badjeber Jakarta Qisthi Press, 2005, 4-5. Abศ al-Husayn Ahmad bin Fรขris al-Rรขziy, Mujam Maqรขyรฎs al-Lughah Beirut Dรขr al-Fikr, 1979 M/1399 H, jld III 61.; Ahmad bin Aliy bin Hajar al-Asqalรขniy, Fath al-Bรขriy Beirut Dรขr al-Marifah, 1379 H, jld I 134. Abศ Abdillรขh Muhammad bin Ismรขรฎl al-Bukhรขriy, Shahรฎh al-Bukhรขriy Damaskus Dรขr Thauq al-Najรขh, 1422 H, Kitรขb al-Nikรขh Bab Anjuran Menikah No. 5063. Al-Bukhรขriy, Shahรฎh al-Bukhรขriy, Kitรขb Ahรขdรฎts al-Anbiyรข, Bab Tentang Bani Israil No. 3456. MUHAMMAD ARABY Menelisik Konsep Bidโah โKalian akan mengikuti cara langkah orang-orang sebelum kalian sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta, sehingga kalau mereka masuk dalam lubang biawak pun akan kalian ikuti. Kami para sahabat bertanya kepada Nabi Apakah Yahudi dan Nasrani yang kau maksud? Nabi bersabda siapa lagi.โ ๎พ๎๎
๎บ๎๎ท๎๎๎๎บ๎๎๎๎๎๎ง๎๎๎๎ต๎ข๎๎ด๎
๎๎๎๎๎ณ๎ก๎๎๎๎จ๎๎ผ๎๎๎๎๎๎จ๎๎ผ๎๎๎๎ท๎๎๎๎ฒ๎๎ธ๎๎ ๎๎ง๎๎ข๎๎๎๎ฅ๎๎๎๎ฝ๎๎พ๎
๎ ๎๎ฅ๎๎๎๎ค๎๎ฌ๎๎ฏ๎๎๎๎พ๎๎ณ๎๎๎๎ฒ๎๎ฐ๎๎ท๎๎๎๎๎
๎ณ๎๎๎๎๎
๎บ๎๎ท๎๎๎๎ฒ๎๎ธ๎๎๎๎๎ข๎๎๎๎ฅ๎๎ข๎๎ณ๎๎๎๎๎๎๎๎ฌ๎
๎ผ๎๎๎๎๎
๎บ๎๎ท๎๎๎
๎ถ๎๎ฟ๎๎๎๎๎ณ๎๎๎๎๎๎ ๎
๎๎๎๎๎๎
๎บ๎๎ท๎๎๎๎๎๎บ๎๎๎๎๎๎ง๎๎๎๎ต๎ข๎๎ด๎
๎๎๎๎๎ณ๎ก๎๎๎๎จ๎๎ผ๎๎๎๎๎๎จ๎๎ ๎๎๎๎๎๎๎๎ฒ๎๎ธ๎๎ ๎๎ง๎๎ข๎๎๎๎ฅ๎๎๎๎ฝ๎๎พ๎
๎ ๎๎ฅ๎๎๎๎ค๎๎ฌ๎๎ฏ๎๎๎๎พ๎
๎๎๎ด๎๎๎๎๎๎ฒ๎๎ฐ๎๎ท๎๎๎๎๎
๎๎๎๎๎๎
๎บ๎๎ท๎๎๎๎ฒ๎๎ธ๎๎๎๎๎ข๎๎๎๎ฅ๎๎ข๎๎ณ๎๎๎๎๎๎๎๎ฌ๎
๎ผ๎๎๎๎๎
๎บ๎๎ท๎๎๎
๎ถ๎๎ฟ๎๎๎ก๎๎๎
๎๎๎๎๎๎๎ ๎
๎๎๎๎ฎโSiapa saja yang memulai melakukan suatu kebaikan lalu kebaikan tersebut ditiru oleh orang lain maka ia diberikan pahala seperti pahala orang yang mengikutinya tanpa kurang sedikit pun. Sebaliknya, siapa yang yang memulai melakukan perbuatan yang tidak baik lalu ditiru oleh orang lain maka ia diberikan dosa seperti dosa orang yang mengikutinya tanpa kurang sedikit pun.โ Secara umum sunnah berarti cara Nabi dalam berbuat ๎ฒ๎ ๎ง, meninggalkan suatu perbuatan ๎ญ๎๎ซ, menerimanya ๎ฑ๎๎ฆ๎ซ, atau menolaknya ๎ฝ๎. Sunnah di sini bukan sinonim dari hadis sebagaimana istilah para ahli hadis atau lawan dari wajib sebagaimana istilah para ahli bidโah berasal dari bahasa Arab yaitu dari akar kata ๎๎พ๎ฅ yang berarti melakukan sesuatu yang belum ada contoh sebelumnya. Jadi kata bidโah menurut bahasa mempunyai makna yang umum, yaitu segala sesuatu yang baru. Makna tersebut berbeda dengan istilah syaraโ. Menurut hadis Nabi yang diriwayatkan oleh Irbadh bin Sรขriyah di atas bahwa bidโah ialah lawan dari sunnah. Dengan demikian, segala sesuatu yang baru dalam agama Islam jika itu tidak bertentangan dengan sunnah, maka itu tidak termasuk bidโah. Oleh karena itu, perlu diketahui lebih dulu bagaimana sunnah Nabi dan sunnah Khulafรข al-Rรขsyidรฎn dalam menghadapi segala perkara baru, yang di dalam hadis di atas umat Islam diperintahkan oleh Nabi untuk mengikutinya, sehingga bisa diketahui konsep bidโah yang sesat. Tanggapan Nabi terhadap Perkara-Perkara Baru Di dalam kitab-kitab hadis terdapat banyak sekali kejadian-kejadian yang menunjukkan kreatifitas para sahabat dalam beribadah. Hal itu dilakukan berdasarkan ijtihad dari masing-masing mereka. Sebagian dari kreasi tersebut ada yang diterima bahkan mendapat pujian dari Nabi Saw karena sesuai dengan ajaran Islam, meskipun ada juga yang ditolak oleh beliau karena bertentangan dengan ajaran Islam. Berikut ini beberapa kejadian tersebut 1. Persetujuan Nabi terhadap penambahan zikir dalam shalat yang dilakukan oleh sahabat ๎๎
๎บ๎๎๎๎๎๎จ๎๎๎ข๎๎ง๎๎๎๎๎๎บ๎
๎ฅ๎๎๎๎๎๎ง๎ก๎๎๎๎๎๎๎๎ซ๎๎๎๎๎ณ๎ก๎๎๎๎ฑ๎ข๎๎ซ๎๎๎ข๎๎ผ๎๎ฏ๎๎๎
๎ด๎๎๎๎ป๎๎ข๎๎ท๎
๎๎๎๎๎๎๎ ๎ก๎๎๎๎๎๎๎๎ฑ๎๎๎๎๎๎๎๎๎
๎ก๎๎๎
๎ด๎๎๎๎๎๎
๎ก๎๎๎๎พ๎
๎๎๎ด๎๎๎๎๎๎ถ๎
๎ด๎๎๎๎๎๎ข๎๎ธ๎๎ด๎๎ง๎๎๎๎๎๎ง๎๎๎๎๎๎ฑ๎๎๎๎๎๎๎๎๎
๎ก๎๎๎
๎ด๎๎๎๎๎๎
๎ก๎๎๎๎พ๎
๎๎๎ด๎๎๎๎๎๎ถ๎
๎ด๎๎๎๎๎๎๎๎พ๎๎๎๎๎๎๎๎๎๎บ๎๎ท๎๎๎๎จ๎๎ ๎๎ฏ๎๎๎ณ๎ก๎๎๎๎ฑ๎ข๎๎ซ๎๎๎พ๎๎๎๎๎๎๎ธ๎๎๎๎๎๎
๎ก๎๎๎
๎บ๎๎ธ๎๎ณ๎๎๎๎ฝ๎๎พ๎๎ธ๎๎ท๎๎๎ฎ๎๎๎ฑ๎ข๎๎ซ๎๎๎๎ฒ๎๎ณ๎๎๎๎๎๎ฝ๎๎ ๎ก๎๎๎๎๎๎๎ข๎๎ผ๎๎ฅ๎๎๎๎๎๎ฎ๎๎ณ๎๎๎๎พ๎
๎ธ๎๎ธ๎๎ณ๎ก๎๎ก๎๎พ๎
๎ธ๎๎ท๎๎ก๎๎
๎๎ฐ๎๎ฏ๎๎ข๎๎ฆ๎๎๎๎๎๎ข๎๎ฏ๎๎๎ข๎๎ฆ๎๎ท๎๎๎๎พ๎๎๎ง๎๎ข๎๎ธ๎๎ด๎๎ง๎๎๎๎ฅ๎๎๎๎๎
๎ป๎ก๎๎๎๎ฑ๎๎๎๎๎๎๎๎๎
๎ก๎๎๎
๎ด๎๎๎๎๎๎
๎ก๎๎๎๎ด๎๎๎๎๎พ๎
๎๎๎๎๎ถ๎
๎ด๎๎๎๎๎๎๎๎ฑ๎ข๎๎ซ๎พ๎๎๎๎๎บ๎๎ท๎๎๎๎ถ๎
๎ด๎๎ฐ๎๎ฌ๎๎ธ๎๎ณ๎ก๎๎๎ข๎๎จ๎๎ป๎๎๎ฎ๎๎๎ฑ๎ข๎๎ซ๎๎๎๎ฒ๎๎ณ๎๎๎ณ๎ก๎๎๎ข๎๎ป๎๎๎๎ข๎๎๎๎๎๎ฑ๎๎๎๎๎๎๎๎๎
๎ก๎๎๎๎ฑ๎ข๎๎ฌ๎๎ง๎๎๎๎ฑ๎๎๎๎๎๎๎๎๎
๎ก๎๎๎
๎ด๎๎๎๎๎๎
๎ก๎๎๎๎พ๎
๎๎๎ด๎๎๎๎๎๎ถ๎
๎ด๎๎๎๎๎พ๎๎๎๎
๎พ๎๎ฌ๎๎ณ๎๎๎๎ช๎
๎๎๎๎๎๎๎๎๎จ๎๎ ๎
๎๎๎ฅ๎๎๎๎
๎๎ฏ๎ข๎๎ด๎๎ฏ๎๎๎๎ข๎๎ฐ๎๎ด๎๎ท๎๎ข๎๎๎๎ป๎๎๎๎๎พ๎๎ฌ๎
๎ฆ๎๎๎๎๎
๎ถ๎๎๎๎๎๎๎๎ข๎๎๎๎ฆ๎๎ฌ๎๎ฐ๎๎๎๎ข๎๎ณ๎๎๎๎๎๎๎ฎ๎ฑ๎ข๎ซ๎๎ฌ๎๎ก๎ช๎๎๎ฝ๎ฝ๎ข๎ผ๎๎๎๎ถ๎๎ธ๎๎๎๎ด๎๎๎๎๎๎๎
๎๎ข๎ผ๎ฆ๎ณ๎ก๎๎Abศ al-Husayn Muslim bin al-Hajjรขj al-Naisรขbศriy, Shahรฎh Muslim Beirut Dรขr Ihyรข al-Turรขts, Kitรขb al-Ilm No. 1017. Abdullรขh Mahfศz al-Haddรขd, al-Sunnat wa al-Bidah Damaskus Dรขr al-Qalam, 1992 M/1413 H, 28. Ibnu Fรขris, Mujam Maqรขyรฎs al-Lughah, jilid I 209. Ahmad bin Hanbal, Musnad al-Imรขm Ahmad bin Hanbal, No. 18996. Ilmu Ushuluddin Vol. 15, No. 1 Dari Rifรขah bin Rรขfiโ al-Zuraqiy Ra berkata โSuatu hari kami shalat di belakang Nabi Saw. Ketika Nabi bangkit dari rukuโ beliau mengucapkan ๎๎๎๎ธ๎๎ณ๎๎๎
๎ก๎๎๎๎๎ธ๎๎๎๎๎ฝ๎๎พ๎๎ธ๎๎ท๎๎
๎บ lalu seorang laki-laki di belakangnya mengucapkan ๎๎๎พ๎๎๎ง๎๎ข๎๎ฏ๎๎๎ข๎๎ฆ๎๎ท๎๎ข๎๎ฆ๎๎๎๎๎๎ก๎๎
๎๎ฐ๎๎ฏ๎๎ก๎๎พ๎
๎ธ๎๎ท๎๎๎๎พ๎
๎ธ๎๎ธ๎๎ณ๎ก๎๎๎ฎ๎๎ณ๎๎ข๎๎ผ๎๎ฅ๎๎ . Setelah selesai shalat Nabi bertanya โSiapa yang membaca kalimat tadi?โ Laki-laki tadi menjawab saya wahai Rasulullรขh. Nabi bersabda โSungguh saya telah melihat lebih dari tiga puluh Malaikat berebut untuk mencatat kalimat tersebut.โ Hadis ini menunjukkan adanya kreatifitas seorang sahabat perihal zikir ketika shalat. Dalam hal ini, Nabi tidak menyalahkannya. Sebaliknya beliau justru menyampaikan kabar gembira kepada sahabat tersebut, karena hal baru yang dilakukannya itu tidak bertentangan dengan ajaran-ajaran Islam. 2. Persetujuan Nabi terhadap pengkhususan satu surah yang selalu dibaca oleh sahabat ketika shalat ๎๎๎๎๎
๎บ๎๎๎๎๎พ๎
๎ผ๎๎๎๎๎พ๎
๎ด๎ณ๎ก๎๎๎๎๎๎๎๎๎๎ฎ๎๎ณ๎ข๎๎ท๎๎๎บ๎
๎ฅ๎๎๎๎๎ป๎๎๎
๎ถ๎๎๎๎ณ๎๎ข๎๎๎๎ฅ๎๎๎๎๎๎๎ฌ๎๎๎๎๎ง๎๎๎๎๎๎๎๎ถ๎๎ฌ๎๎ฌ๎๎ง๎ก๎๎ข๎๎ธ๎
๎ด๎๎ฏ๎๎๎น๎ข๎๎ฏ๎๎๎๎๎๎ ๎ข๎๎ฆ๎๎ซ๎๎๎พ๎๎ด๎
๎๎๎ท๎๎๎๎ง๎๎
๎ถ๎๎๎๎ท๎๎๎๎๎๎๎๎ข๎๎๎
๎ป๎๎๎ก๎๎๎บ๎๎ท๎๎๎ฒ๎๎ณ๎๎๎๎๎น๎ข๎๎ฏ๎๎๎๎
๎ผ๎๎ท๎๎๎ก๎๎๎๎จ๎๎๎๎๎๎ฌ๎๎ท๎๎๎พ๎๎ท๎๎๎๎๎พ๎
๎ด๎ณ๎ก๎๎๎๎๎ฟ๎๎๎ฒ๎๎ฌ๎๎ฅ๎๎๎ถ๎๎ฌ๎๎ฌ๎๎ง๎ก๎๎๎พ๎๎ฅ๎๎๎๎๎๎๎ฌ๎๎๎๎ข๎๎ธ๎๎ท๎๎๎ง๎๎๎๎๎ณ๎ก๎๎๎๎ง๎๎
๎ฒ๎๎ฏ๎๎๎๎ง๎๎๎ฎ๎๎ณ๎๎ฟ๎๎๎๎๎ผ๎
๎๎๎๎๎๎น๎ข๎๎ฏ๎๎๎๎๎ข๎๎๎๎ ๎๎ท๎๎๎๎๎
๎ป๎๎๎๎๎ง๎๎๎๎๎๎๎๎๎๎๎๎ฌ๎๎๎๎๎ถ๎๎ฏ๎๎๎ข๎๎๎ฌ๎๎ท๎๎๎ฎ๎๎๎๎๎
๎ด๎๎ซ๎๎ข๎๎๎๎ป๎๎๎๎๎๎๎๎ซ๎๎๎๎๎๎ถ๎๎ฏ๎๎๎๎ง๎๎๎๎๎๎ณ๎ก๎๎๎ฝ๎๎๎๎๎๎ฅ๎๎๎ถ๎๎ฌ๎๎ฌ๎๎จ๎๎ซ๎๎๎ฎ๎๎ป๎๎๎๎๎ก๎๎๎ณ๎ข๎๎ฌ๎๎ง๎๎๎๎พ๎๎ฅ๎ข๎๎ธ๎
๎๎๎๎๎๎พ๎๎ธ๎
๎ด๎๎ฐ๎๎ง๎๎๎๎จ๎๎ ๎๎ฏ๎๎๎๎๎ท๎๎๎๎๎๎ข๎๎๎๎ฅ๎๎๎๎๎๎๎ฌ๎๎ซ๎๎ข๎๎ท๎๎๎๎ง๎๎๎๎๎๎
๎ป๎๎๎๎ฅ๎๎๎๎๎๎๎ฌ๎๎ซ๎๎๎๎ข๎๎๎๎๎๎๎ช๎๎ด๎๎ ๎๎ง๎๎๎ฎ๎๎ณ๎๎๎๎ฅ๎๎
๎ถ๎๎ฐ๎๎ท๎๎๎๎๎๎๎น๎๎๎๎
๎ถ๎๎ฌ๎
๎ฆ๎๎ฆ๎
๎ท๎๎๎๎๎น๎๎๎๎๎ข๎๎๎๎ฏ๎๎๎ข๎๎ฌ๎๎ฅ๎๎ข๎๎ป๎๎๎๎ข๎๎ท๎๎๎๎ฑ๎ข๎๎ฌ๎๎ง๎๎๎๎๎
๎ป๎๎๎๎ฅ๎๎๎๎๎๎๎ฌ๎๎ซ๎๎๎๎๎ข๎๎๎๎๎๎พ๎๎ซ๎๎๎น๎๎๎๎๎น๎
๎๎๎๎๎๎๎ก๎๎๎ป๎ข๎๎ฏ๎๎๎๎๎
๎ถ๎๎ฐ๎๎ฌ๎๎ฏ๎๎๎๎ซ๎๎
๎ถ๎๎ฌ๎
๎ฟ๎๎๎๎ฏ๎๎๎น๎๎๎๎๎ซ๎๎๎๎ข๎๎ธ๎๎ด๎๎ง๎๎๎๎ฝ๎๎๎
๎๎๎ฃ๎๎
๎ถ๎๎๎๎ท๎๎๎๎๎๎๎น๎๎๎๎ก๎๎๎ฟ๎๎๎๎ฏ๎๎๎๎๎
๎ถ๎๎๎๎ด๎๎๎๎ง๎๎๎๎
๎บ๎๎ท๎๎๎พ๎๎ป๎๎๎๎๎๎ฑ๎ข๎๎ฌ๎๎ง๎๎๎๎๎๎ฆ๎๎
ฌ๎ก๎๎๎ฝ๎๎๎๎๎ฆ๎
๎ป๎๎๎๎๎ถ๎
๎ด๎๎๎๎๎๎๎พ๎
๎๎๎ด๎๎๎๎๎
๎ก๎๎๎
๎ด๎๎๎๎๎๎๎ฆ๎๎ผ๎ณ๎ก๎๎๎ถ๎๎ฟ๎ข๎พ๎๎ข๎๎ท๎๎๎๎น๎๎๎๎ง๎๎ข๎๎๎๎๎จ๎๎ ๎๎ฏ๎๎๎๎
๎ฒ๎๎ฏ๎๎๎๎ง๎๎๎ง๎๎๎๎๎๎ณ๎ก๎๎๎ฝ๎๎๎๎ฟ๎๎๎ต๎๎๎๎๎ณ๎๎๎๎ด๎๎๎๎๎ฎ๎๎ด๎๎ธ๎
๎ธ๎๎๎๎ข๎๎ท๎๎๎๎๎๎ฎ๎๎ฅ๎ข๎๎ธ๎
๎๎๎๎๎๎พ๎๎ฅ๎๎๎ญ๎๎๎๎ท๎๎๎๎๎๎ข๎๎ท๎๎๎ฒ๎๎ ๎๎จ๎๎ซ๎๎๎น๎๎๎๎๎ฎ๎๎ ๎๎ผ๎
๎ธ๎๎๎๎ฎ๎๎๎ง๎๎๎ข๎๎๎๎ฆ๎๎ท๎๎๎๎๎๎ป๎๎๎๎๎๎ฑ๎ข๎๎ฌ๎๎ง๎๎๎๎ฑ๎ข๎๎ฌ๎พ๎๎๎จ๎๎ผ๎๎
ช๎ก๎๎๎ฎ๎๎ด๎๎ป๎
๎ฝ๎๎๎๎ข๎๎ฟ๎ข๎๎๎๎๎๎๎ฎ๎๎ฆ๎๎ท๎ฎ๎Dari Anas bin Mรขlik ra โAda seorang laki-laki dari kalangan Anshรขr yang selalu menjadi imam di Mesjid Qubรข. Setiap kali menjadi imam dia selalu membaca surah al-ikhlรขs sebelum membaca surah yang lain. Para jamaโah pun menegurnya Baca surah itu saja atau baca surah yang lain. Ia pun menjawab Saya tidak akan meninggalkan surah tersebut. Jika kalian suka saya akan terus menjadi imam dengan cara tersebut, jika kalian tidak suka saya berhenti jadi imam. Namun mereka tidak mau yang lain menggantikannya karena menurut mereka dia yang paling utama di antara mereka. Ketika Nabi datang bertemu mereka, hal ini disampaikan kepada beliau. Nabi pun bertanya kepada imam tadi โWahai Fulan, alasan apa yang membuat engkau terus membaca surah itu dan tidak menerima permintaan sahabat-sahabatmu?โ Dia menjawab Saya suka cinta kepada surah tersebut. Nabi bersabda โCintamu kepada surah tersebut dapat membawamu masuk ke surga.โ Hadis ini menunjukkan adanya kreatifitas sahabat terkait bacaan surah ketika shalat. Dalam hal ini Nabi tidak melarangnya. Pernyataan Nabi โkecintaanmu kepada surah yang selalu dibaca itu bisa membawamu ke surgaโ menunjukkan persetujuan Nabi terhadap kreatifitasnya itu. Meski begitu, cara yang selalu dipraktekkan Nabi sunnah tsรขbitah terkait bacaan surah itulah yang lebih utama untuk diikuti dalam Shahรฎh al-Bukhรขriy, Kitรขb al-Adzรขn Bab Mengumpulkan Dua Surah Dalam Satu Rakaโat, No. 774. Ibnu Hajar al-Asqalรขniy, Fath al-Bรขriy Beirut Dรขr al-Marifah, 1379 H, jld 2258. Al-Haddรขd, al-Sunnat wa al-Bidah, 35. MUHAMMAD ARABY Menelisik Konsep Bidโah 3. Persetujuan Nabi terhadap kreatifitas para sahabat dalam membuat majlis zikir ๎๎๎จ๎๎ฌ๎๎ด๎๎ท๎๎๎๎ด๎๎๎๎๎จ๎๎๎๎๎ข๎๎ ๎๎ท๎๎๎ฑ๎๎๎๎ป๎๎๎๎ฑ๎ข๎๎ซ๎๎๎
๎๎๎
๎พ๎๎ผ๎๎ณ๎ก๎๎๎พ๎๎๎ ๎๎๎๎๎๎ฅ๎๎๎๎
๎บ๎๎๎๎๎๎ฑ๎ข๎๎ซ๎๎๎๎
๎ก๎๎๎๎๎ฏ๎๎๎๎ป๎๎ข๎๎ผ๎
๎๎๎ด๎๎ณ๎๎๎ก๎๎๎ณ๎ข๎๎ซ๎๎๎
๎ถ๎๎ฐ๎๎๎๎ด๎
๎ณ๎๎๎๎ข๎๎ท๎๎๎๎ฑ๎ข๎๎ฌ๎๎ง๎๎๎๎พ๎๎ด๎
๎๎๎ธ๎๎ณ๎ก๎๎๎๎ง๎๎๎๎ฐ๎๎จ๎๎ด๎
๎ธ๎๎ฌ๎
๎๎๎๎๎
๎ถ๎๎ณ๎๎๎๎ป๎๎๎๎ข๎๎ท๎๎๎๎๎๎ฑ๎ข๎๎ซ๎๎๎๎ญ๎ก๎๎ฟ๎๎ข๎
๎ณ๎๎๎๎ข๎๎ผ๎๎๎๎ด๎
๎ณ๎๎๎๎ข๎๎ท๎๎๎
๎ก๎๎๎๎๎ก๎๎๎ณ๎ข๎๎ซ๎๎๎๎ญ๎ก๎๎ฟ๎๎ข๎
๎ณ๎๎๎๎
๎ถ๎๎ฐ๎๎๎๎ด๎
๎ณ๎๎๎๎ข๎๎ท๎๎๎พ๎
๎ด๎ณ๎๎๎
๎ผ๎๎ธ๎๎ฅ๎๎๎พ๎๎ท๎๎๎๎๎น๎ข๎๎ฏ๎๎ข๎๎ท๎๎๎๎๎
๎ถ๎๎ฐ๎๎ณ๎๎๎จ๎๎ธ๎
๎๎๎ซ๎๎
๎ถ๎๎๎๎ฌ๎๎ณ๎๎๎๎๎พ๎
๎๎๎ด๎๎๎๎๎
๎ก๎๎๎
๎ด๎๎๎๎๎
๎ก๎๎๎ฑ๎๎๎๎๎๎๎
๎น๎๎๎๎๎๎๎๎๎ผ๎๎ท๎๎ข๎๎ฐ๎๎๎พ๎๎ท๎๎๎พ๎
๎ผ๎๎๎๎
๎ฒ๎๎ซ๎๎๎๎๎ถ๎
๎ด๎๎๎๎๎๎๎พ๎
๎๎๎ด๎๎๎๎๎
๎ก๎๎๎
๎ด๎๎๎๎๎
๎ก๎๎๎ฑ๎๎๎๎๎๎๎
๎บ๎๎ท๎๎
๎บ๎๎ท๎๎๎จ๎๎ฌ๎๎ด๎๎ท๎๎๎๎ด๎๎๎๎๎ฑ๎๎๎๎ป๎๎๎ถ๎
๎ด๎๎๎๎๎๎๎๎๎ฑ๎ข๎๎ฌ๎๎ง๎๎๎๎พ๎๎ฅ๎ข๎๎ธ๎
๎๎๎๎พ๎๎
๎ถ๎๎ฐ๎๎๎๎ด๎
๎ณ๎๎๎๎ข๎๎ท๎๎ฎ๎๎๎ธ๎
๎ธ๎๎ป๎๎๎๎๎
๎ก๎๎๎๎๎ฏ๎๎๎๎ป๎๎ข๎๎ผ๎
๎๎๎ด๎๎ณ๎๎๎ก๎๎๎ณ๎ข๎๎ซ๎๎๎๎ฑ๎ข๎๎ซ๎๎๎ข๎๎ผ๎
๎๎๎ด๎๎๎๎๎พ๎๎ฅ๎๎๎บ๎๎ท๎๎๎๎๎๎ต๎ข๎๎ด๎
๎๎๎๎๎ด๎๎ณ๎๎ข๎๎ป๎ก๎๎พ๎๎ฟ๎๎ข๎๎ท๎๎๎๎ด๎๎๎๎๎ฝ๎๎พ๎พ๎๎ข๎๎ท๎๎๎พ๎
๎ด๎ณ๎๎๎๎ญ๎ก๎๎ฟ๎๎ข๎
๎ณ๎๎๎๎
๎ถ๎๎ฐ๎๎๎๎ด๎
๎ณ๎๎๎๎ฎ๎๎๎๎ฑ๎ข๎๎ซ๎๎๎๎ญ๎ก๎๎ฟ๎๎ข๎
๎ณ๎๎๎๎ข๎๎ผ๎๎๎๎ด๎
๎ณ๎๎๎๎ข๎๎ท๎๎๎
๎ก๎๎๎๎๎ก๎๎๎ณ๎ข๎๎ซ๎พ๎๎๎ฒ๎๎๎๎
๎ฆ๎๎ณ๎๎๎๎ป๎ข๎๎ซ๎๎๎๎๎พ๎๎ผ๎๎ฐ๎๎ณ๎๎๎๎๎
๎ถ๎๎ฐ๎๎ณ๎๎๎จ๎๎ธ๎
๎๎๎ซ๎๎
๎ถ๎๎ฐ๎๎จ๎๎ด๎
๎ธ๎๎ฌ๎
๎๎๎๎๎
๎ถ๎๎ณ๎๎๎๎ป๎๎๎๎ข๎๎ท๎๎๎๎
๎ป๎๎๎๎ง๎๎๎จ๎๎ฐ๎๎๎ข๎๎ด๎๎ธ๎๎ณ๎ก๎๎๎ถ๎๎ฐ๎๎ฅ๎๎๎๎ฟ๎ข๎๎ฆ๎๎๎๎
๎ฒ๎๎ณ๎๎๎๎๎๎๎๎๎๎
๎ก๎๎
๎น๎๎๎๎๎๎ป๎๎๎๎ฆ๎ฎ๎Dari Abศ Saโรฎd al-Khudriyy berkata โMuโawiyah ra melihat satu halaqah di Mesjid, lalu ia bertanya Apa yang mendorong kalian untuk berkumpul? Orang-orang yang ada di halaqah itu menjawab Kami berkumpul di sini untuk berzikir kepada Allah. Muโawiyah mempertegas Sumpah tidak ada niat lain? Demi Allah tidak ada niat yang lain jawab mereka. Kata Muโawiyah Aku meminta kalian bersumpah bukan karena menuduh kalian. Tidak ada yang lebih sedikit punya hadis dibandingkan aku. Sesungguhnya Rasulullรขh Saw pernah melihat satu halaqah di Mesjid, lalu ia bertanya โApa yang mendorong kalian untuk berkumpul?โ Orang-orang yang ada di halaqah itu menjawab Kami berkumpul di sini untuk berzikir kepada Allah dan memuji-Nya atas hidayah dan niโmat yang telah diberikan-Nya kepada kami. โSumpah tidak ada niat lain?โ Demi Allah tidak ada niat yang lain jawab mereka. Nabi bersabda โSungguh Aku meminta kalian bersumpah bukan karena menuduh kalian, tetapi Jibrรฎl as tadi datang dan memberi kabar kepada saya bahwa Allah Swt membanggakan kalian di hadapan para Malaikat-Nya.โ Hadis ini menunjukkan adanya ijtihad para sahabat dalam membuat perkumpulan untuk berzikir kepada Allah. Perbuatan mereka pun disetujui oleh Nabi bahkan mereka mendapatkan kabar gembira dari Malaikat Jibril bahwa Allah Swt membanggakan mereka di kalangan Malaikat-Nya. Itulah cara sunnah Nabi dalam menanggapi segala perkara baru. Selama itu semua tidak bertentangan dengan dengan nash-nash agama dan tidak menyebabkan mudarat, maka itu tidak termasuk bidโah yang sesat, apalagi jika itu bersumber dari tuntunan agama meskipun secara umum, misalnya firman Allah ๎๎๎ฒ๎
ซ๎ก๎๎๎น๎๎ธ๎ด๎จ๎ซ๎๎ถ๎ฐ๎ด๎ ๎ณ๎๎
๎
ฌ๎ก๎๎ก๎๎ด๎ ๎ง๎ก๎๎๎๎๎โKerjakanlah kebaikan agar kamu beruntung.โ QS. Al-Hajj 77. ๎๎๎ง๎๎ฌ๎ฆ๎ณ๎ก๎๎๎ฉ๎ก๎
๎
ฌ๎ก๎๎ก๎๎ฌ๎ฆ๎ฌ๎๎ข๎ง๎๎๎๎๎โBerlomba-lombalah kalian dalam kebaikan.โ QS. Al-Baqarah 148. ๎๎๎ข๎๎๎๎ฃ๎ก๎๎ท๎๎ก๎๎๎ก๎
๎ฐ๎ฏ๎๎ก๎๎ฏ๎ฟ๎๎
๎ก๎๎ก๎๎๎ฏ๎ฟ๎ก๎๎ก๎๎ผ๎ท๎๎๎บ๎๎๎ณ๎ก๎๎ข๎๎๎๎๎ โHai orang-orang yang beriman, berzikirlah kepada Allah sebanyak-banyaknya.โ QS. Al-Ahzab 41. Muslim bin al-Hajjรขj, Shahรฎh Muslim, Kitรขb al-Dzikr, Bab Keutamaan Berkumpul Untuk Membaca al-Qurโan dan Dzikir No. 2701. Ilmu Ushuluddin Vol. 15, No. 1 4. Penolakan Nabi terhadap kreatifitas Abศ Isrรขรฎl ๎๎๎บ๎๎๎๎๎๎บ๎
๎ฅ๎ก๎๎๎๎
๎ข๎๎ฆ๎๎๎๎๎๎ฑ๎ข๎๎ซ๎๎๎ข๎๎ผ๎
๎๎๎ฅ๎๎๎๎๎๎ฆ๎๎ผ๎ณ๎ก๎๎๎
๎ด๎๎๎๎๎๎
๎ก๎๎๎๎พ๎
๎๎๎ด๎๎๎๎๎๎ถ๎
๎ด๎๎๎๎๎๎๎๎ค๎๎๎
๎ผ๎๎๎๎ก๎๎ฟ๎๎๎๎๎๎๎๎ฟ๎๎๎๎ฒ๎๎ณ๎๎๎๎ฅ๎๎๎๎ถ๎๎๎ข๎๎ซ๎๎๎๎ฑ๎๎๎๎๎๎ง๎๎๎๎พ๎
๎ผ๎๎๎๎ก๎๎๎ณ๎ข๎๎ฌ๎๎ง๎๎๎๎๎ฅ๎๎๎๎๎๎ฒ๎๎๎๎ก๎๎๎
๎๎๎๎๎๎๎๎๎๎๎ป๎๎๎๎น๎๎๎๎๎๎ต๎๎๎ฌ๎๎๎๎๎๎๎๎๎๎๎๎พ๎๎ ๎๎ฌ๎๎๎๎๎๎๎๎๎๎๎
๎ฒ๎๎๎๎ฌ๎
๎๎๎๎๎๎๎๎๎๎๎๎๎ถ๎
๎ด๎๎ฐ๎๎ฌ๎๎๎๎๎๎ต๎๎๎๎๎๎๎๎๎๎๎๎ฑ๎ข๎๎ฌ๎๎ง๎๎๎๎๎๎ฆ๎๎ผ๎ณ๎ก๎๎๎
๎ด๎๎๎๎๎๎
๎ก๎๎๎๎พ๎
๎๎๎ด๎๎๎๎๎๎ถ๎
๎ด๎๎๎๎๎พ๎๎๎๎๎ฝ๎
๎๎๎ท๎๎๎๎ด๎๎ง๎๎
๎ถ๎
๎ด๎๎ฐ๎๎ฌ๎๎๎๎๎
๎ฒ๎๎๎๎ฌ๎
๎๎๎๎๎ณ๎๎๎๎๎
๎พ๎๎ ๎๎ฌ๎๎๎๎ณ๎๎๎๎๎๎ถ๎๎ฌ๎๎๎๎ณ๎๎๎๎๎๎พ๎๎ท๎
๎๎๎๎ฎDari Ibnu Abbรขs ra bercerita โKetika Nabi Saw sedang menyampaikan khutbah, ada seorang laik-laki yang sedang berdiri. Lalu Nabi bertanya tentang laki-laki tersebut. Para sahabat menjawab Dia adalah Abศ Isrรขรฎl. Dia bernadzar puasa sambil berdiri dan tidak duduk, tidak bernaung, dan tidak berbicara. Nabi bersabda โPerintahkan kepadanya untuk berbicara, bernaung, dan duduk, serta selesaikan puasanya.โ Di dalam hadis ini, Nabi melarang perbuatan Abศ Isrรขรฎl yang melakukan puasa namun tidak berbicara, tidak bernaung dari panas matahari, dan tidak duduk. Ijtihadnya ini dilarang oleh Nabi karena dapat menyebabkan kemudaratan. Ibnu Hajar berkomentar Segala sesuatu yang tidak ada petunjuknya dari al-Qurโan atau sunnah jika mendatangkan kemudaratan bagi manusia meskipun tidak langsung seperti berjalan untuk ibadah tanpa alas kaki, atau duduk di bawah terik matahari maka itu tidak termasuk ketaatan kepada Allah, dan nadzar dengan hal itu dianggap tidak Penolakan Nabi terhadap ijtihad Muรขdz bin Jabal ๎๎๎พ๎
๎๎๎ด๎๎๎๎๎พ๎
๎ด๎ณ๎ก๎๎๎
๎ด๎๎๎๎๎๎๎ฆ๎๎ผ๎ด๎๎ณ๎๎๎พ๎๎ด๎๎๎๎๎ต๎ข๎๎๎ณ๎ก๎๎
๎บ๎๎ท๎๎๎ฟ๎ข๎๎ ๎๎ท๎๎๎ต๎๎พ๎๎ซ๎๎ข๎๎ธ๎๎ณ๎๎๎๎ฑ๎ข๎๎ซ๎๎๎๎๎ง๎
๎๎๎๎๎๎๎ฅ๎๎๎๎๎บ๎
๎ฅ๎๎๎พ๎
๎ด๎ณ๎ก๎๎๎พ๎
๎ฆ๎๎๎๎
๎บ๎๎๎๎๎๎๎ฑ๎ข๎๎ฌ๎ง๎๎๎ถ๎
๎ด๎๎๎๎๎พ๎๎๎ฟ๎ข๎๎ ๎๎ท๎๎ข๎๎๎๎ก๎๎๎๎ฟ๎๎ข๎๎ท๎๎ฎ๎๎๎ฅ๎๎๎๎
๎ถ๎๎๎๎ฌ๎๎จ๎๎ซ๎ข๎๎๎๎๎๎ณ๎๎๎น๎๎๎พ๎๎ด๎
๎๎๎๎๎
๎ถ๎๎๎๎ฌ๎๎ฌ๎๎ง๎ก๎๎๎๎ง๎๎๎ต๎ข๎๎๎ณ๎ก๎๎๎ช๎
๎๎๎ซ๎๎๎๎๎๎ฑ๎ข๎๎ซ๎๎๎พ๎
๎ด๎ณ๎ก๎๎๎ฑ๎๎๎๎๎๎๎๎ฑ๎ข๎๎ฌ๎๎ง๎๎๎๎ฎ๎๎ฅ๎๎๎ฎ๎๎ณ๎๎ฟ๎๎๎ฒ๎๎ ๎๎จ๎๎ป๎๎๎น๎๎๎๎๎๎๎๎จ๎๎ป๎๎๎๎ง๎๎๎ฉ๎
๎ฝ๎๎ฝ๎๎๎๎ง๎๎๎
๎ถ๎๎๎๎ฌ๎๎ซ๎๎๎ข๎๎๎๎๎๎ถ๎
๎ด๎๎๎๎๎๎๎พ๎
๎๎๎ด๎๎๎๎๎พ๎
๎ด๎ณ๎ก๎๎๎
๎ด๎๎๎พ๎๎๎ณ๎๎๎พ๎๎ด๎
๎๎๎ซ๎๎๎น๎๎๎๎๎ง๎๎๎
๎๎๎ธ๎๎ณ๎ก๎๎๎ฉ๎
๎๎๎ท๎๎๎๎ณ๎๎๎๎พ๎
๎ด๎ณ๎ก๎๎๎๎
๎๎๎ค๎๎ณ๎๎๎พ๎๎ด๎
๎๎๎๎๎๎น๎๎๎๎ก๎๎พ๎๎ท๎๎๎๎ก๎๎๎๎ท๎๎๎๎ช๎
๎ผ๎๎ฏ๎๎
๎๎๎ณ๎๎๎๎ป๎๎๎๎ง๎๎๎ก๎๎๎ด๎๎ ๎๎จ๎๎ซ๎๎ข๎๎ด๎๎ง๎๎๎ณ๎
๎๎๎๎๎๎ข๎๎โฆ๎ฎ ๎๎ช๎ฌ๎๎ก๎๎ฑ๎ข๎ซ ๎ฝ๎
๎ค๎ณ๎๎ถ๎๎ธ๎๎Dari Abdullรขh bin Abรฎ Aufรข ra berkata โKetika Muโรขdz ra datang dari Syรขm dia sujud kepada Nabi Saw. Nabi bertanya Ada apa ini wahai Muโรขdz? Muโรขdz menjawab Tatkala saya datang ke negeri Syรขm kebetulan para penduduknya sedang sujud kepada para pendeta dan penguasa, maka aku ingin melakukan yang demikian itu kepadamu wahai Rasศlullรขh. Nabi bersabda โJangan lakukan. Kalau aku menyuruh seseorang untuk sujud kepada selain Allรขh maka akan kuperintahkan seorang istri untuk sujud kepada suaminya....โ Hadis ini menceritakan adanya keinginan sahabat Nabi Muรขdz bin Jabal untuk sujud kepada Nabi. Keinginannya itu ditolak oleh Nabi karena hal itu bertentangan dengan ajaran Islam yang mengajarkan bahwa sujud hanya dibolehkan kepada Allah Swt. 6. Penolakan Nabi terhadap ijtihad Juairiyah bint al-Hรขrits ๎๎
๎บ๎๎๎๎๎๎จ๎๎๎๎๎
๎๎๎๎๎ณ๎๎๎๎ช๎
๎ผ๎๎ฅ๎๎๎๎ญ๎๎๎ข๎๎
ซ๎ก๎๎๎๎๎๎๎๎๎๎๎๎พ๎
๎ด๎ณ๎ก๎๎๎ข๎๎๎
๎ผ๎๎๎๎๎
๎น๎๎๎๎๎๎๎๎ฆ๎๎ผ๎ณ๎ก๎๎๎
๎ด๎๎๎๎๎๎
๎ก๎๎๎๎พ๎
๎๎๎ด๎๎๎๎๎๎ถ๎
๎ด๎๎๎๎๎๎๎๎ฒ๎๎ป๎๎ฝ๎๎ข๎๎๎
๎๎๎ด๎๎๎๎๎๎ต๎
๎๎๎๎๎๎๎จ๎๎ ๎๎ธ๎๎
ช๎ก๎๎๎๎๎๎ฟ๎๎๎๎๎๎จ๎๎ธ๎๎๎ข๎๎๎๎๎๎ฑ๎ข๎๎ฌ๎๎ง๎๎๎พ๎๎๎ช๎
๎ธ๎๎๎๎๎๎๎๎๎
๎ท๎๎๎ฎ๎๎๎๎
๎ช๎๎ณ๎ข๎๎ซ๎๎๎๎๎๎๎๎๎ฑ๎ข๎๎ซ๎พ๎๎๎๎๎บ๎๎๎พ๎๎๎๎๎ซ๎๎๎๎๎๎๎น๎๎๎๎ท๎๎๎๎๎ซ๎๎๎ก๎๎พ๎๎ฃ๎๎ฎ๎๎
๎ช๎๎ณ๎ข๎๎ซ๎๎๎๎๎๎๎๎๎ฑ๎ข๎๎ซ๎พ๎๎๎
๎๎๎๎๎๎ง๎๎๎๎ง๎ฎDari Juairiyah bint al-Hรขrits ra, โbahwasanya Nabi Saw pernah menemuinya pada hari Jumโat, sedangkan dia Juairiyah sedang berpuasa. Nabi bertanya โApakah kamu berpuasa kemarin? Dia menjawab tidak. Al-Bukhรขriy, Shahรฎh al-Bukhรขriy, Kitรขb al-Aymรขn wa al-Nudzศr Bab Nadzar Terhadap Sesuatu Yang Tidak Dimiliki dan Dalam Kemaksiatan No. 6704. Al-Asqalรขniy, Fath al-Bรขriy, jld 11 h. 590. Ibnu Mรขjah Abศ Abdillรขh Muhammad bin Yazรฎd al-Qazwainiy, Sunan Ibni Mรขjah, tahqรฎq Syuโaib al-Arnรขuth Damaskus Dรขr al-Risรขlah, 2009 M/1430 H, Bab Hak Suami Dari Istri No. 1853. Al-Bukhรขriy, Shahรฎh al-Bukhรขriy, Kitรขb al-Shaum Bab Puasa pada Hari Jumโat, No. 1986. MUHAMMAD ARABY Menelisik Konsep Bidโah Nabi bertanya lagi โApakah kamu ingin berpuasa besok? Dia menjawab tidak. Sabda Nabi โKalau begitu berbukalah.โ Hadis ini menunjukkan adanya kreatifitas umm al-Muโminรฎn Juairiyah bint al-Hรขrits dengan berpuasa pada hari Jumโat tanpa disertai hari sebelumnya atau sesudahnya. Perbuatannya ini dilarang oleh Nabi Saw karena bertentangan dengan hadis sahih yang disepakati oleh Imam al-Bukhรขriy dan Imam Muslim dari Abศ Hurairah ra. Nabi Saw bersabda ๎พ๎๎๎๎๎๎๎บ๎๎ท๎๎๎๎๎๎๎๎
๎ถ๎๎ฏ๎๎พ๎๎ท๎๎๎๎๎๎ต๎
๎๎๎๎๎๎๎จ๎๎ ๎๎ธ๎๎
ช๎ก๎๎ข๎
๎ณ๎๎๎๎ข๎๎ท๎
๎๎๎๎๎๎๎พ๎๎ด๎
๎ฆ๎๎ซ๎๎๎
๎๎๎๎๎๎๎ฝ๎๎พ๎
๎ ๎๎ฅ๎ฎโJanganlah seseorang diantara kalian berpuasa pada hari Jumโat kecuali desertai dengan puasa sebelumnya Kamis atau sesudahnya Sabtu.โ ๎พ๎ข๎๎ณ๎๎ก๎๎๎๎๎ฌ๎
๎ผ๎๎ซ๎๎๎๎จ๎๎ด๎
๎๎๎ณ๎๎๎๎จ๎๎ ๎๎ธ๎๎ด๎๎ณ๎ก๎๎๎๎ต๎ข๎๎๎๎ฌ๎๎ฅ๎๎๎
๎บ๎๎ท๎๎๎๎บ๎
๎๎๎ฅ๎๎๎๎๎ณ๎ข๎๎๎
๎ด๎ณ๎ก๎๎ข๎๎ณ๎๎๎๎ก๎๎๎๎๎ผ๎๎ซ๎๎๎๎ต๎
๎๎๎๎๎๎๎จ๎๎ ๎๎ธ๎๎ด๎๎ณ๎ก๎๎๎๎ต๎ข๎๎๎๎๎๎ฅ๎๎๎
๎บ๎๎ท๎๎๎๎บ๎
๎๎๎ฅ๎๎๎๎๎๎ณ๎ก๎๎๎ต๎ข๎๎๎๎ข๎
๎ณ๎๎๎๎๎๎น๎๎๎๎๎๎น๎๎๎ฐ๎๎๎๎๎๎ง๎๎๎๎ต๎
๎๎๎๎๎๎๎พ๎๎ท๎๎๎๎๎๎๎๎
๎ถ๎๎ฏ๎๎พ๎๎ท๎๎๎ฎโJanganlah kamu khususkan malam Jumโat dengan shalat sunat dan jangan pula kamu khususkan hari Jumโat dengan berpuasa kecuali berbetulan dengan puasa wajib atau sunat yang dikerjakan pada hari itu.โ 7. Penolakan Nabi terhadap perbuatan Zainab binti Jahsy ๎๎
๎บ๎๎๎๎๎๎๎๎ป๎๎๎๎๎๎บ๎
๎ฅ๎๎๎๎ฎ๎๎ณ๎ข๎๎ท๎๎๎๎๎๎๎๎๎๎๎๎พ๎
๎ด๎ณ๎ก๎๎๎๎พ๎
๎ผ๎๎๎๎๎๎ฑ๎ข๎๎ซ๎๎๎๎๎ฒ๎๎ป๎๎ฝ๎๎๎๎๎๎ฆ๎๎ผ๎ณ๎ก๎๎๎
๎ด๎๎๎๎๎๎
๎ก๎๎๎๎พ๎
๎๎๎ด๎๎๎๎๎๎ถ๎
๎ด๎๎๎๎๎๎๎๎พ๎๎ด๎
๎๎
ญ๎ก๎๎ก๎๎ฟ๎๎๎๎ง๎๎๎๎ฒ๎
๎ฆ๎๎ท๎๎๎๎ฝ๎๎๎พ๎
๎ธ๎๎ท๎๎๎๎บ๎
๎๎๎ฅ๎๎๎๎บ๎
๎๎๎ฌ๎๎๎๎๎ข๎๎๎ณ๎ก๎๎๎๎ฑ๎ข๎๎ฌ๎๎ง๎พ๎๎๎ข๎๎ท๎๎ก๎๎๎๎ฟ๎๎๎๎ฒ๎
๎ฆ๎๎
ซ๎ก๎๎ฎ๎ก๎๎๎ณ๎ข๎๎ซ๎๎๎ก๎๎๎๎ฟ๎๎๎๎ฒ๎
๎ฆ๎๎ท๎๎๎๎ค๎๎ผ๎
๎๎๎๎๎ณ๎๎ก๎๎ฟ๎๎๎๎ง๎๎๎
๎ฉ๎๎๎๎ฌ๎๎ง๎๎๎
๎ช๎๎ฌ๎
๎ด๎๎ ๎๎ซ๎๎๎๎ฑ๎ข๎๎ฌ๎๎ง๎๎๎๎๎๎ฆ๎๎ผ๎ณ๎ก๎๎๎
๎ด๎๎๎๎๎๎
๎ก๎๎๎๎พ๎
๎๎๎ด๎๎๎๎๎๎ถ๎
๎ด๎๎๎๎๎๎๎พ๎๎๎๎๎๎๎ฝ๎๎
๎ด๎๎ท๎๎๎
๎ฒ๎๎๎๎๎๎ณ๎๎๎
๎ถ๎๎ฏ๎๎พ๎๎ท๎๎๎๎๎๎พ๎๎๎ข๎๎๎๎ป๎๎ก๎๎ฟ๎๎๎๎ง๎๎๎๎๎๎ฌ๎๎ง๎๎๎
๎พ๎๎ ๎๎ฌ๎๎๎๎ด๎๎ง๎ฎ๎Dari Anas bin Mรขlik ra berkata โKetika Nabi Saw masuk mesjid tiba-tiba ada tali yang terikat di antara dua tiang. Nabi bertanya apa ini? Para sahabat menjawab itu milik Zainab ra yang digunakannya untuk berpegang apabila ia lelah shalat. Nabi bersabda โJangan seperti itu, lepaskan tali itu. Lakukanlah shalat semampu kalian ketika kuat, jika lelah duduklah istirahat.โ Dalam hadis ini Nabi melarang ijtihad atau kesungguhan yang berlebihan dalam beribadah, karena itu bisa menimbulkan masyaqqah atau mudarat, di samping juga bertentangan dengan hadis Nabi ๎พ๎ก๎๎ฟ๎๎๎๎๎๎๎๎ ๎๎ป๎๎๎
๎ถ๎๎ฏ๎๎พ๎๎ท๎๎๎๎๎๎๎๎ฟ๎๎๎๎๎
๎ด๎๎๎๎๎๎๎๎ง๎๎
๎พ๎๎ซ๎
๎๎๎๎๎ด๎๎๎๎ฌ๎๎ท๎๎๎๎ค๎๎ฟ๎๎๎๎๎๎๎๎พ๎
๎ผ๎๎๎๎๎๎ต๎
๎๎๎ผ๎ณ๎ก๎๎๎
๎น๎๎๎๎ง๎๎๎
๎ถ๎๎ฏ๎๎พ๎๎ท๎๎๎๎ก๎๎ฟ๎๎๎๎๎
๎ด๎๎๎๎๎๎๎๎ฟ๎๎๎๎๎๎๎๎๎ข๎๎ป๎๎๎๎๎๎
๎๎๎
๎พ๎๎๎๎๎๎พ๎
๎ด๎๎ ๎๎ณ๎๎๎๎๎๎จ๎
๎ค๎๎ฌ๎
๎๎๎๎๎๎๎ค๎๎๎๎๎๎ง๎๎๎๎พ๎๎๎๎จ๎๎ป๎ฎโJika salah seorang di antara kamu ngantuk ketika shalat maka tidurlah sampai hilang rasa ngantuknya, sebab jika kamu shalat dalam keadaan ngantuk barangkali bisa mencela diri sendiri mendoโakan tidak baik padahal ingin minta ampun.โ Selain hadis-hadis di atas masih banyak lagi hadis-hadis yang menunjukkan bagaimana sikap Nabi dalam menanggapi setiap perkara baru yang dilakukan oleh para sahabat. Jika perkara baru itu sesuai dengan ajaran Islam maka disetujui dan diterima oleh Nabi, bahkan dalam beberapa kasus mendapatkan apresiasi dari para Malaikat atau kabar gembira berupa surga atau keridaan Allah Swt terhadap amal tersebut, meskipun Nabi sendiri belum pernah melakukannya Al-Bukhรขriy, Shahรฎh al-Bukhรขriy, Kitรขb al-Shaum Bab Puasa pada Hari Jumโat, No. 1985. Muslim bin al-Hajjรขj, Shahรฎh Muslim, Kitรขb al-Shaum Bab Makruh Berpuasa Hanya Pada Hari Jumโat, No. 1148. Al-Bukhรขriy, Shahรฎh al-Bukhรขriy, Kitรขb al-Tahajjud No. 1150. Al-Bukhรขriy, Shahรฎh al-Bukhรขriy, Kitรขb al-Wudhศ No. 212. Ilmu Ushuluddin Vol. 15, No. 1 atau memerintahkannya secara khusus, namun amal tersebut masuk dalam dalil umum dari al-Qurโan atau hadis yang memerintahkan untuk memperbanyak melakukan kebaikan. Sebaliknya, jika hal baru itu bertentangan dengan ajaran Islam misalnya bertentangan dengan akidah Islam seperti kasus Muรขdz ra, atau menyebabkan kemudaratan dengan menyiksa diri seperti kasus Abศ Isrรขรฎl, atau berlebihan sehingga menimbulkan masyaqqah seperti kasus umm al-muโminรฎn Zainab ra maka itu ditolak oleh Nabi, dan itulah yang termasuk bidโah yang sesat. Pandangan Khulafรข Al-Rรขsyidรฎn terhadap Perkara-Perkara Baru Di dalam hadis Irbรขdh bin Sรขriyah di atas Nabi juga berpesan agar umat Islam berpegang kepada sunnah khulafรข al-rรขsyidรฎn. Sikap khulafรข al-rรขsyidรฎn dan para sahabat lainnya juga sama seperti sikap Nabi. Hal itu disebabkan karena mereka sangat mengikuti sunnah cara Nabi dalam setiap perbuatan, termasuk dalam hal menanggapi segala perkara baru yang terjadi di masa mereka. Berikut ini beberapa contoh tersebut 1. Ijtihad Umar ra dan persetujuan Abศ Bakar terhadap pembukuan al-Qurโan ๎บ๎๎๎พ๎
๎๎๎๎บ๎
๎ฅ๎๎๎๎ช๎๎ฅ๎ข๎๎ฏ๎๎๎๎
๎๎๎ข๎๎๎
๎ป๎๎๎ก๎๎๎๎๎๎๎๎๎๎ก๎๎๎พ๎
๎ด๎ณ๎๎๎๎พ๎
๎ผ๎๎๎๎๎๎๎๎น๎ข๎๎ฏ๎๎๎๎๎
๎บ๎๎ธ๎๎ท๎๎๎๎ค๎๎ฌ๎๎ฐ๎๎๎๎๎๎๎
๎ท๎๎๎ณ๎ก๎๎๎๎๎๎ฑ๎ข๎๎ซ๎๎๎๎๎ฒ๎๎๎
๎๎๎๎๎๎๎๎๎ณ๎๎๎๎๎๎ฅ๎๎๎๎๎๎๎๎ฐ๎๎ฅ๎๎๎๎ฒ๎๎ฌ๎๎ฌ๎๎ท๎๎๎๎ฒ๎
๎ฟ๎๎๎๎๎๎จ๎๎ท๎ข๎๎ธ๎๎๎ณ๎ก๎๎๎๎ฝ๎๎พ๎
๎ผ๎๎๎๎๎๎๎๎๎๎ธ๎๎๎๎๎๎ฑ๎ข๎๎ฌ๎๎ง๎๎๎๎ฅ๎๎๎๎๎๎๎๎ฐ๎๎ฅ๎๎๎๎
๎น๎๎๎๎๎๎๎๎ธ๎๎๎๎๎๎๎ป๎ข๎๎ซ๎๎๎๎๎๎ฑ๎ข๎๎ฌ๎๎ง๎๎๎๎
๎น๎๎๎๎๎๎ฒ๎
๎ฌ๎๎ฌ๎ณ๎ก๎๎๎
๎พ๎๎ซ๎๎๎๎๎๎ธ๎๎ฌ๎
๎๎ก๎๎๎๎ต๎
๎๎๎๎๎๎๎จ๎๎ท๎ข๎๎ธ๎๎๎ณ๎ก๎๎๎๎
๎ข๎๎ผ๎ณ๎ข๎๎ฅ๎๎๎๎๎๎๎๎๎ป๎๎๎๎๎
๎ป๎๎๎๎๎๎น๎๎๎๎๎๎๎๎ธ๎๎ฌ๎
๎๎๎๎๎๎๎ฒ๎
๎ฌ๎๎ฌ๎ณ๎ก๎๎๎๎ ๎ก๎๎๎๎ฌ๎ณ๎ข๎๎ฅ๎๎๎๎ง๎๎๎๎บ๎๎๎ก๎๎๎๎
ญ๎ก๎๎๎๎ค๎๎ฟ๎๎๎๎๎๎ง๎๎๎๎
๎๎ฐ๎๎ฏ๎๎๎๎บ๎๎ท๎๎๎๎น๎๎
๎๎๎ฌ๎ณ๎ก๎๎ข๎
๎ณ๎๎๎๎๎๎น๎๎๎๎๎๎ฝ๎๎๎ ๎๎ธ๎
๎ด๎๎ซ๎๎๎๎ป๎๎๎๎๎๎๎๎๎๎๎๎ณ๎๎๎๎น๎๎๎๎๎๎๎๎ธ๎
๎ด๎๎ซ๎๎๎๎น๎๎
๎๎๎ฌ๎ณ๎ก๎๎
๎๎๎๎๎ฑ๎ข๎๎ซ๎๎๎๎ฅ๎๎๎๎๎๎๎๎ฐ๎๎ฅ๎๎๎๎๎ช๎๎ด๎๎ซ๎๎๎๎๎๎ธ๎๎ ๎๎ณ๎๎๎พ๎๎๎ฆ๎
๎๎๎ฏ๎๎๎๎ฒ๎๎ ๎๎ง๎๎๎๎ข๎๎ ๎
๎๎๎๎๎๎
๎ถ๎๎ณ๎๎๎๎พ๎๎ด๎๎ ๎๎จ๎๎๎๎๎๎ฑ๎๎๎๎๎๎๎๎๎พ๎
๎ด๎ณ๎ก๎๎๎
๎ด๎๎๎๎๎๎
๎ก๎๎๎๎พ๎
๎๎๎ด๎๎๎๎๎๎ถ๎
๎ด๎๎๎๎๎๎ฎ๎๎๎ฑ๎ข๎๎ฌ๎๎ง๎๎๎๎๎๎ธ๎๎๎๎๎๎๎๎๎ฟ๎๎๎๎พ๎
๎ด๎ณ๎ก๎๎๎๎๎๎๎
๎๎๎ป๎๎๎
๎ถ๎๎ด๎๎ง๎๎๎๎ฑ๎๎๎๎๎๎๎๎๎๎ธ๎๎๎๎๎๎ผ๎๎ ๎๎ณ๎ก๎๎๎๎๎๎๎๎พ๎๎๎ง๎๎๎๎ฌ๎๎ท๎๎๎๎ต๎๎๎๎๎๎๎๎พ๎
๎ด๎ณ๎ก๎๎๎๎ฎ๎๎ณ๎๎๎๎ณ๎๎๎
๎๎๎
๎พ๎๎๎๎๎๎ช๎
๎๎๎๎๎๎๎๎๎
๎๎๎
๎ณ๎ก๎๎๎๎๎๎๎๎๎๎๎๎ธ๎๎๎๎๎๎ฑ๎ข๎๎ซ๎๎๎๎พ๎
๎๎๎๎๎๎๎บ๎
๎ฅ๎๎๎๎ช๎๎ฅ๎ข๎๎ฏ๎๎๎๎๎๎๎ธ๎๎๎๎๎๎๎๎ฝ๎๎พ๎
๎ผ๎๎๎๎๎๎๎๎ณ๎ข๎๎ณ๎๎๎๎๎๎๎๎ฌ๎๎๎๎๎ถ๎
๎ด๎๎ฐ๎๎๎๎ฑ๎ข๎๎ฌ๎๎ง๎๎๎๎ฅ๎๎๎๎๎๎๎๎ฐ๎๎ฅ๎๎๎๎๎ฎ๎๎ป๎๎๎๎๎๎ฒ๎๎ณ๎๎๎๎๎๎ฃ๎ข๎๎๎๎๎๎ฒ๎๎ซ๎ข๎๎๎๎๎๎๎๎๎๎๎๎ฎ๎๎ธ๎๎๎๎ฌ๎๎ป๎๎พ๎๎๎ช๎
๎ผ๎๎ฏ๎๎๎๎ค๎๎ฌ๎๎ฐ๎๎ซ๎๎๎๎๎
๎ท๎๎๎ณ๎ก๎๎๎๎ฑ๎๎๎๎๎๎๎ณ๎๎๎๎พ๎
๎ด๎ณ๎ก๎๎๎
๎ด๎๎๎๎๎๎
๎ก๎๎๎๎พ๎
๎๎๎ด๎๎๎๎๎๎ถ๎
๎ด๎๎๎๎๎ฎ๎๎๎๎๎๎๎ฆ๎๎ฌ๎๎ฌ๎๎ง๎๎๎๎น๎๎
๎๎๎ฌ๎ณ๎ก๎๎๎๎พ๎
๎ ๎๎ธ๎
๎ณ๎ข๎๎ง๎๎๎๎พ๎
๎ด๎ณ๎ก๎๎๎๎ง๎๎๎
๎๎๎ณ๎๎๎๎ผ๎๎จ๎
๎ด๎๎ฏ๎๎๎๎ฒ๎๎ฌ๎๎ป๎๎๎๎ฒ๎๎ฆ๎๎ณ๎๎๎๎บ๎๎ท๎๎๎๎ฑ๎ข๎๎ฆ๎๎
ช๎ก๎๎ข๎๎ท๎๎๎๎น๎ข๎๎ฏ๎๎๎๎ฒ๎๎ฌ๎๎ฏ๎๎๎๎๎๎๎๎ด๎๎๎๎ข๎๎ธ๎๎ท๎๎๎๎ป๎๎๎๎ท๎๎๎๎๎๎พ๎๎ฅ๎๎๎
๎บ๎๎ท๎๎๎๎๎
๎ธ๎๎ณ๎๎๎๎น๎๎
๎๎๎ฌ๎ณ๎ก๎๎๎๎ช๎๎ด๎๎ซ๎พ๎๎๎๎๎ฆ๎
๎๎๎ฏ๎๎๎๎น๎๎๎๎ ๎๎จ๎๎ซ๎๎ข๎๎ ๎
๎๎๎๎๎๎
๎ถ๎๎ณ๎๎๎๎พ๎๎ด๎๎ ๎๎จ๎๎๎๎๎๎๎๎ฆ๎๎ผ๎ณ๎ก๎๎๎
๎ด๎๎๎๎๎๎
๎ก๎๎๎๎พ๎
๎๎๎ด๎๎๎๎๎๎ถ๎
๎ด๎๎๎๎๎๎ฎ๎๎๎ฑ๎ข๎๎ฌ๎๎ง๎๎๎๎ฅ๎๎๎๎๎๎๎๎ฐ๎๎ฅ๎๎๎๎๎๎๎ฟ๎๎๎๎พ๎
๎ด๎ณ๎ก๎๎๎๎๎๎๎
๎๎๎ป๎๎๎
๎ถ๎๎ด๎๎ง๎๎๎๎ฑ๎๎๎๎๎๎๎๎พ๎๎ ๎๎ณ๎ก๎๎๎๎๎๎๎๎ฌ๎๎ท๎๎๎๎ต๎๎๎๎๎๎๎๎พ๎
๎ด๎ณ๎ก๎๎
๎๎๎
๎พ๎๎๎๎
๎๎๎
๎ด๎๎ณ๎๎๎๎ต๎๎๎๎๎๎๎๎พ๎
๎ด๎ณ๎ก๎๎๎๎พ๎๎ณ๎๎๎๎๎
๎พ๎๎๎๎๎๎ฅ๎๎๎๎๎๎๎๎ฐ๎๎ฅ๎๎๎๎๎๎ธ๎๎๎๎๎๎๎๎ช๎
๎ธ๎๎ฌ๎๎ง๎๎๎๎ช๎
๎ ๎๎ฆ๎๎ฌ๎๎ฌ๎๎ง๎๎๎๎น๎๎
๎๎๎ฌ๎ณ๎ก๎๎๎๎พ๎๎ ๎๎ธ๎
๎ณ๎๎๎๎๎๎บ๎๎ท๎๎๎๎๎ข๎๎ซ๎๎๎ณ๎ก๎๎๎๎ฅ๎ข๎๎ฌ๎๎ฏ๎๎๎ก๎๎๎๎๎๎ค๎๎๎๎ ๎ณ๎ก๎๎๎๎๎๎๎๎๎พ๎๎๎๎๎๎๎๎ฑ๎ข๎๎ณ๎๎๎ณ๎ก๎Hadis ini menceritakan adanya sesuatu yang baru yang belum pernah dilakukan oleh Nabi, yaitu pembukuan al-Qurโan dalam satu mushaf. Ide ini pada awalnya muncul dari Umar ra dan pada akhirnya disetujui oleh Khalรฎfah Rasศlillรขh Abศ Bakar ra dan Kรขtib al-Wahyi Zaid bin Tsรขbit dan sahabat-sahabat lainnya. Ini menunjukkan bahwa perkara baru, jika merupakan kebaikan sebagaimana yang dikatakan Umar ra โ ๎ฎ๎ซ๎๎ฏ๎ญ๎๎ฎ๎ด๎ง โ maka itu tidak sesat. Sebaliknya, itu merupakan sunnah mustanbathah dari cara sunnah Nabi Saw. 2. Ijtihad Umar ra dan ijmรข sahabat terhadap shalat tarawih berjamaโah ๎๎
๎บ๎๎๎๎๎๎พ๎
๎ฆ๎๎๎๎๎๎บ๎๎ธ๎
๎ท๎๎๎ณ๎ก๎๎๎๎บ๎
๎ฅ๎๎๎๎พ๎
๎ฆ๎๎๎๎๎๎
๎๎๎ข๎๎ฌ๎ณ๎ก๎๎๎๎พ๎๎ป๎๎๎๎๎๎ฑ๎ข๎๎ซ๎๎๎๎๎ช๎
๎ณ๎๎๎๎ป๎๎๎๎๎๎ท๎๎๎๎๎๎ธ๎๎๎๎๎๎บ๎
๎ฅ๎๎๎๎ฃ๎ข๎
๎๎๎
ฌ๎ก๎๎๎๎๎๎๎๎๎๎๎๎พ๎
๎ด๎ณ๎ก๎๎๎๎พ๎
๎ผ๎๎๎๎๎๎จ๎๎ด๎
๎๎๎ณ๎๎๎๎ง๎๎๎๎น๎ข๎๎๎๎ท๎๎๎๎๎๎ณ๎๎๎๎๎๎พ๎๎ด๎
๎๎๎
ญ๎ก๎๎๎๎ฟ๎๎๎๎ง๎ก๎๎๎๎
๎ข๎๎ผ๎ณ๎ก๎๎๎๎๎ก๎๎๎
๎๎๎๎๎๎๎น๎๎๎ซ๎๎๎๎จ๎๎ฌ๎๎ท๎๎๎
๎ด๎๎๎๎๎๎๎๎ฒ๎๎ณ๎๎๎ณ๎ก๎๎๎๎พ๎๎๎๎จ๎๎ผ๎๎ณ๎๎๎
๎ด๎๎๎๎๎๎๎๎๎๎ฒ๎๎ณ๎๎๎ณ๎ก๎๎๎
๎ด๎๎๎๎๎๎ง๎๎๎๎พ๎๎ซ๎๎๎๎๎๎ฅ๎๎๎๎๎
๎ฟ๎๎๎ณ๎ก๎๎๎๎ฑ๎ข๎๎ฌ๎๎ง๎๎๎๎๎๎ธ๎๎๎พ๎๎๎๎๎ป๎๎๎๎๎๎๎๎๎๎๎
๎๎๎ณ๎๎๎๎ช๎
๎ ๎๎ธ๎๎ณ๎๎๎๎ ๎๎๎๎๎๎ฟ๎๎๎๎ด๎๎๎๎๎๎๎๎๎ข๎๎ซ๎๎๎๎พ๎๎ท๎ก๎๎๎๎๎๎น๎ข๎๎ฐ๎๎ณ๎๎๎๎ฒ๎๎ฐ๎
๎ท๎๎๎๎ฎ๎๎๎ถ๎๎ฏ๎๎๎๎ต๎๎๎๎๎๎๎
๎ถ๎๎๎๎ ๎๎ธ๎๎ด๎๎ง๎๎๎๎ด๎๎๎๎๎๎๎๎ฅ๎๎๎๎๎๎บ๎
๎ฅ๎๎๎๎ค๎
๎ ๎๎ฏ๎๎๎๎ถ๎๎ฏ๎๎๎๎ช๎
๎ณ๎๎๎๎ป๎๎๎๎พ๎๎ ๎๎ท๎๎๎๎จ๎๎ด๎
๎๎๎ณ๎๎๎๎๎๎
๎ป๎๎๎๎๎๎
๎ข๎๎ผ๎ณ๎ก๎๎๎๎๎๎น๎๎
๎ด๎๎๎๎๎๎๎๎ง๎๎๎๎๎๎ฅ๎๎๎
๎ถ๎๎๎๎๎๎๎ข๎๎ซ๎๎๎๎ฑ๎ข๎๎ซ๎๎๎๎๎๎ธ๎๎๎พ๎๎๎๎๎ถ๎
๎ ๎๎ป๎๎๎๎จ๎๎๎
๎พ๎๎ฆ๎ณ๎ก๎๎๎๎ฝ๎๎๎๎ฟ๎๎๎๎ฌ๎
๎ณ๎ก๎๎๎๎๎๎น๎๎๎ท๎ข๎๎ผ๎๎๎๎ข๎๎๎
๎ผ๎๎๎๎๎๎ฒ๎๎๎๎ง๎๎๎๎๎๎บ๎๎ท๎๎๎๎ฌ๎
๎ณ๎ก๎๎๎๎น๎๎๎ท๎๎๎ฌ๎๎๎๎ฎ๎๎๎พ๎๎๎๎๎๎๎๎๎๎๎ป๎๎๎๎๎ฒ๎
๎๎
๎ด๎ณ๎ก๎๎๎๎น๎ข๎๎ฏ๎๎๎๎๎๎
๎ข๎๎ผ๎ณ๎ก๎๎๎๎น๎๎๎ท๎๎๎ฌ๎๎๎๎๎๎พ๎๎ณ๎๎๎๎๎Al-Bukhรขriy, Shahรฎh al-Bukhรขriy, Kitรขb Tafsรฎr al-Qurโรขn No. 4679. Al-Bukhรขriy, Shahรฎh al-Bukhรขriy, Bab Keutamaan Orang Yang Shalat Di Bulan Ramadhan No. 2010. MUHAMMAD ARABY Menelisik Konsep Bidโah Hadis ini menceritakan adanya kreatifitas dalam shalat tarawih yang disampaikan oleh Umar bin al-Khaththรขb ra, yaitu shalat tarawih secara berjamaโah. Padahal pada masa Nabi hal itu tidak pernah dipraktekkan. Pendapat Umar ini pun disetujui oleh para sahabat sehingga mereka shalat tarawih dengan berjamaโah yang diimami oleh Ubay bin Kaab ra. 3. Ijtihad Utsmรขn ra perihal penambahan adzan Jumโat ๎๎๎บ๎๎๎๎๎๎ค๎๎๎ข๎๎๎ณ๎ก๎๎๎๎บ๎
๎ฅ๎๎๎๎พ๎๎๎๎๎๎๎๎
๎น๎๎๎๎
๎๎๎
๎ณ๎ก๎๎๎๎ฝ๎ก๎๎๎๎๎๎บ๎๎๎ฟ๎๎๎๎ฌ๎ณ๎ก๎๎๎๎ฎ๎๎ณ๎ข๎
๎ฐ๎ณ๎ก๎๎๎๎ต๎
๎๎๎๎๎๎๎จ๎๎ ๎๎ธ๎๎
ช๎ก๎๎๎๎น๎ข๎๎ธ๎๎ฐ๎๎๎๎๎๎บ๎
๎ฅ๎๎๎๎น๎ข๎
๎จ๎๎๎๎๎๎๎๎๎๎๎๎๎๎พ๎
๎ด๎ณ๎ก๎๎๎๎พ๎
๎ผ๎๎๎๎๎๎
๎๎ท๎๎๎๎๎๎ฐ๎๎ฏ๎๎๎๎ฒ๎
๎ฟ๎๎๎๎๎๎จ๎๎ผ๎๎๎พ๎๎
ญ๎ก๎๎๎
๎ถ๎๎ณ๎๎๎๎๎
๎บ๎๎ฐ๎๎๎๎๎๎๎๎ฆ๎๎ผ๎ด๎๎ณ๎๎๎
๎ด๎๎๎๎๎๎
๎ก๎๎๎๎พ๎
๎๎๎ด๎๎๎๎๎๎ถ๎
๎ด๎๎๎๎๎๎๎๎น๎
๎ฟ๎๎๎๎ท๎๎๎๎๎
๎๎๎ฃ๎๎๎๎พ๎๎ท๎ก๎๎๎๎๎๎ฏ๎๎๎๎๎น๎ข๎๎๎๎บ๎๎๎ฟ๎๎๎๎ฌ๎ณ๎ก๎๎๎๎ต๎
๎๎๎๎๎๎๎จ๎๎ ๎๎ธ๎๎
ช๎ก๎๎๎๎
๎๎ท๎๎๎๎๎๎ด๎
๎ด๎๎๎๎๎๎ต๎ข๎๎ท๎๎๎ก๎๎๎๎๎ผ๎
๎ ๎๎๎๎๎๎ด๎๎๎๎๎๎๎๎ฆ๎
๎ผ๎๎
ญ๎ก๎Dari hadis ini diketahui bahwa Utsmรขn bin Affรขn ra telah menambahkan adzan pada hari Jumโat, yaitu adzan yang pertama. Padahal, sebelumnya adzan hanya dua kali yaitu adzan dan Iqamah. Ijtihad ini dilakukannya karena banyaknya umat Islam di Madinah waktu itu, sehingga perlu untuk dipanggil ke Mesjid melalui adzan Penolakan Abศ Bakar terhadap wanita muslimah yang melaksanakan haji dengan tidak berbicara ๎๎
๎บ๎๎๎๎๎๎๎
๎๎๎ซ๎๎๎๎บ๎
๎ฅ๎๎๎๎ฅ๎๎๎๎๎๎ต๎๎๎ข๎๎ท๎๎๎๎ฑ๎ข๎๎ซ๎๎๎๎๎ฒ๎๎ป๎๎ฝ๎๎๎๎ฅ๎๎๎๎๎๎๎๎ฐ๎๎ฅ๎๎๎๎ด๎๎๎๎๎๎ง๎๎๎๎๎
๎ท๎ก๎๎๎
๎บ๎๎ท๎๎๎๎๎๎ธ๎
๎ท๎๎๎๎๎๎ฑ๎ข๎๎ฌ๎๎๎๎ข๎๎๎๎ณ๎๎๎๎ค๎๎ผ๎
๎๎๎๎๎ข๎๎ฟ๎๎๎๎๎ง๎๎๎๎๎๎๎๎ถ๎
๎ด๎๎ฐ๎๎ซ๎๎๎๎ฑ๎ข๎๎ฌ๎๎ง๎๎๎ข๎๎ท๎๎ข๎๎๎๎ณ๎๎๎๎๎๎๎๎ถ๎
๎ด๎๎ฐ๎๎ซ๎๎๎๎ณ๎ข๎๎ซ๎ก๎๎๎๎
๎ช๎๎ด๎๎ท๎๎๎๎จ๎๎ฌ๎๎ธ๎
๎๎๎ท๎๎๎๎ฑ๎ข๎๎ซ๎๎ข๎๎๎๎ณ๎๎๎๎๎๎ธ๎
๎ด๎๎ฐ๎๎ซ๎๎๎
๎น๎๎๎๎ง๎๎ก๎๎๎๎ฟ๎๎๎๎๎๎๎
๎ฒ๎๎ธ๎๎๎๎ก๎๎๎๎ฟ๎๎๎
๎บ๎๎ท๎๎๎๎ฒ๎๎ธ๎๎๎๎๎๎จ๎๎๎๎ด๎๎ฟ๎ข๎๎
ช๎ก๎๎๎
๎ช๎๎ธ๎
๎ด๎๎ฐ๎๎ฌ๎๎ง ๎๎๎๎Dalam hadis ini disebutkan bahwa ada seorang perempuan yang tidak mau berbicara ketika melaksanakan ibadah haji. Abศ Bakar kemudian menegurnya dan menyuruhnya agar berbicara, karena perbuatannya tadi merupakan kebiasaan orang-orang jahiliyah, sehingga ia pun berbicara. Penutup Term bidโah secara bahasa berarti sesuatu yang baru. Makna secara bahasa inilah yang dimaksud oleh Amรฎr al-Muโminรฎn Umar bin al-Khaththรขb ra dalam perkataannya๎ โ๎ฝ๎๎ฟ๎๎จ๎๎พ๎ฆ๎ณ๎ก๎๎ช๎ธ๎ ๎ปโ ketika menyaksikan jamaโah shalat tarawih di Madinah. Dengan makna bahasa ini juga para ulama membagi bidโah kepada bidโah hasanah dan bidโah qabรฎhah seperti klasifikasi imam al-Syรขfiโi, atau klasifikasi Izz al-Dรฎn Ibn Abd al-Salรขm yang membagi bidโah kepada bidโah wajib, sunat, mubah, makruh, dan haram. Adapun bidโah yang dimaksud Nabi sesat di dalam hadisnya ialah bidโah dalam pengertian syaraโ. Bidah syariyyah ialah suatu perkara dalam masalah agama yang bertentangan dengan ajaran Islam. Makna ini dengan jelas dapat dipahami dari hadis Nabi yang diriwayatkan oleh umm al-muโminรฎn Aisyah ra ๎พ๎๎
๎บ๎๎ท๎๎๎๎ญ๎๎พ๎
๎ท๎๎๎๎๎๎ง๎๎ข๎๎ป๎๎๎
๎ท๎๎๎๎ก๎๎๎๎ฟ๎๎ข๎๎ท๎๎๎๎๎
๎๎๎ณ๎๎๎๎พ๎
๎ผ๎๎ท๎๎๎๎๎๎๎๎ง๎๎๎๎ฝ๎๎๎ฎDalam hadis ini disebutkan bahwa perkara baru dalam masalah agama yang tidak ada asal atau sumbernya dari agama itu tertolak. Dengan demikian, jika hal baru itu bukan masalah agama, misalnya masalah dunia maka itu tidak tertolak. Begitu juga jika hal baru dalam masalah agama namun berasal dari petunjuk atau dalil agama baik al-Qurโan atau hadis maka itu juga tidak tertolak. Al-Bukhรขriy, Shahรฎh al-Bukhรขriy, Kitรขb al-Jumuah Bab Muadzdzin Pada Hari Jumโat No. 913. Lihat Abศ al-Abbรขs Ahmad bin Muhammad bin Abรฎ Bakar al-Qustullรขniy, Irsyรขd al-Sรขriy Mesir Maktabat al-Amรฎriyyah, 1323 H, jld II 178. Al-Bukhรขriy, Shahรฎh al-Bukhรขriy, Kitรขb Manรขqib al-Anshรขr Bab Kejadian-Kejadian Masa Jahiliyah No. 3834. Al-Bukhรขriy, Shahรฎh al-Bukhรขriy, Kitรขb al-Shulh No. 2697 dan Muslim bin al-Hajjรขj, Shahรฎh Muslim, Kitรขb al-Aqdiyyah No. 1718. Ilmu Ushuluddin Vol. 15, No. 1 Makna di atas menjadi lebih jelas dengan sikap Nabi dan para sahabat sesudahnya dalam menghadapi setiap hal baru. Ternyata tidak semuanya ditolak atau dianggap sesat. Jika hal baru itu sesuai dengan ajaran Islam, meskipun sumbernya dari dalil atau petunjuk yang umum dan Nabi tidak pernah mengerjakannya dan juga tidak pernah memerintahkan secara khusus, maka itu tidak termasuk bidโah. Apalagi jika hal baru itu merupakan suatu kebaikan dan kemaslahatan. Sebaliknya, jika hal baru itu bertentangan dengan ajaran Islam, seperti bertentangan dengan akidah Islam, atau bisa menyebabkan kemudaratan, atau berlebihan yang menyebabkan masyaqqah, maka itulah yang dinamakan bidโah, yang di dalam hadis Nabi disebut sesat. [ ] DAFTAR PUSTAKA Al-Asqalรขniy, Ahmad bin Aliy bin Hajar. Fath al-Bรขriy. Beirut Dรขr al-Marifah. 1379 H. Al-Bukhรขriy, Abศ Abdillรขh Muhammad bin Ismรขรฎl. Shahรฎh al-Bukhรขriy. Damaskus Dรขr Thauq al-Najรขh. 1422 H. Al-Haddรขd, Abdullรขh Mahfศz. al-Sunnat wa al-Bidah. Damaskus Dรขr al-Qalam. 1992 M/1413 H. Al-Naisรขbศriy, Abศ al-Husayn Muslim bin al-Hajjรขj. Shahรฎh Muslim. Beirut Dรขr Ihyรข al-Turรขts. Al-Nawรขwiy, Muhyi al-Dรฎn Yahyรข bin Syaraf. al-Minhรขj fรฎ Syarh Shahรฎh Muslim bin al-Hajjรขj. Beirut Dรขr Ihyรข al-Turรขts al-Arabiy. 1392 H. Al-Qaradhawiy, Yศsuf. al-Madkhal li Dirรขsat al-Sunnat al-Nabawiyyah. Kairo Maktabah Wahbah. 1991 M/1411 H. Al-Qazwainiy, Ibnu Mรขjah Abศ Abdillรขh Muhammad bin Yazรฎd. Sunan Ibni Mรขjah, tahqรฎq Syuโaib al-Arnรขuth. Damaskus Dรขr al-Risรขlah. 2009 M/1430 H. Al-Qustullรขniy, Abศ al-Abbรขs Ahmad bin Muhammad bin Abรฎ Bakar. Irsyรขd al-Sรขriy. Mesir Maktabat al-Amรฎriyyah. 1323 H. Al-Rรขziy, Abศ al-Husayn Ahmad bin Fรขris. Mujam Maqรขyรฎs al-Lughah. Beirut Dรขr al-Fikr. 1979 M/1399 H. Al-Syaibรขniy, Abศ Abdillรขh Ahmad bin Muhammad bin Hanbal. Musnad al-Imรขm Ahmad bin Hanbal, tahqรฎq Syuaib al-Arnรขuth Beirut Muassat al-Risรขlah. 2001 M/1421 H. Al-Syaqรฎriy, Muhammad Abd al-Salรขm Khadir. al-Sunan wa al-Mubtadaโรขt al-Mutaโalliqat bi al-Adzkรขr wa al-Shalawรขt, terj. Achmad Munir Awood Badjeber Jakarta Qisthi Press. 2005. ... Begitupun juga sebaliknya. Araby, 2016 Untuk menghindar dari bid"ah yang sesat bid"ah sayyiah, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dan dilakukan di dalam mengkaji nash sehingga dipoeroleh makna yang benar dan maslahat. Hal-hal itu adalah sebagai berikut ...RuslanRasyidah ZainuddinKeragaman pemahamanan keagamaan merupakan bagian dari realitas sosial yang diakibatkan oleh perbedaan metode dalam menafsirkan teks-teks suci agama. Salah satu konsep dalam Islam yang selalu menuai kontroversi interpretasi adalah istilah Bidโahโ yang kemudian berujung pada lahirnya beragam perilaku beragama di kalangan umat muslim sendiri. Artikel ini mengkaji secara konsepsional mengkaji variasi interpretasi terhadap istilah Bidโahโ sebagai awal mula munculnya variasi beragama di kalangan umat muslim khususnya di Indonesia. Artikel ini menggunakan kajian literatur teks keagamaan Islam yaitu A-Qurโan dan Hadits terkait konsep Bidโah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan paradigma berpikir dalam memahami dan menginterpretasi teks-teks suci agama berdampak terhadap perilaku beragama. Unsur-unsur perbedaan paradigma tersebut antara lain aspek historis ayat dan hadits, aspek sosial dan budaya lokalitas, aspek linguistikHayyan Ahmad Ulul AlbabMuhammad AsroriMohammad LuthfillahPemahaman bidโah menjadi sebuah perbedaan yang harus diluruskan. Perbedaan itu terkungkung pada kata-kata sesat dan tidak sejalan dengan Nabi SAW. Padahal pemahaman yang dangkal tersebut bisa diatasi dengan cara membaca secara mendalam konsep bidโah. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pemahaman mahasiswa tentang bidโah dan mengeksplorasi makna bidโah yang sesuai dengan ahlussunnah wal jamaah an nahdliyah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini dengan pendekatan kualitatif dengan jenis studi kasus. Teknik pengumpulan datanya dengan Observasi, dan Wawancara. Analisis penelitiannya menggunakan lima-tahap siklus analisis data kualitatif yaitu 1 Compiling 2 Disassembling, 3 Reassembling and Arraying, 4 Interpreting and 5 Concluding. Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa Pemahaman konsep bidโah mahasiswa secara umum telah sampai pada istilah sesuatu yang baru yang tidak ada di zaman Rasulullah SAW. Istilah tersebut tentunya ditambahkan dengan pemahaman lain tentang bidโah hasanah dan bidah dholalah. Kedua macam bidโah telah dipahami mahasiswa sebagai sesuatu yang baru dan tidak menyalahi syariat Islam masuk pada bidโah hasanah, sementara itu bidโah dholalah diartikan mereka sebagai sesuatu yang baru yang menyalahi atau bertentangan dengan syariat bin 'Aliy bin HajarAl-' AsqalรขniyAl-'Asqalรขniy, Ahmad bin 'Aliy bin Hajar. Fath al-Bรขriy. Beirut Dรขr al-Ma'rifah. 1379 li Dirรขsat al-Sunnat al-Nabawiyyah. Kairo Maktabah WahbahYศsuf Al-QaradhawiyAl-Qaradhawiy, Yศsuf. al-Madkhal li Dirรขsat al-Sunnat al-Nabawiyyah. Kairo Maktabah Wahbah. 1991 M/1411 Ahmad bin Muhammad bin Hanbal Musnad al-Imรขm Ahmad bin Hanbal, tahqรฎq Syu'aib al-Arnรขuth etAl-SyaibรขniyBeirutAl-Syaibรขniy, Abศ 'Abdillรขh Ahmad bin Muhammad bin Hanbal. Musnad al-Imรขm Ahmad bin Hanbal, tahqรฎq Syu'aib al-Arnรขuth Beirut Muassat al-Risรขlah. 2001 M/1421 al-Salรขm Khadir. al-Sunan wa al-Mubtada'รขt al-Muta'alliqat bi al-Adzkรขr wa al-Shalawรขt, terj. Achmad Munir Awood Badjeber etMuhammad ' Al-SyaqรฎriyAl-Syaqรฎriy, Muhammad 'Abd al-Salรขm Khadir. al-Sunan wa al-Mubtada'รขt al-Muta'alliqat bi al-Adzkรขr wa al-Shalawรขt, terj. Achmad Munir Awood Badjeber Jakarta Qisthi Press. Mahfศz. al-Sunnat wa al-Bid'ah. Damaskus Dรขr al-Qalam. 1992 M/1413 HAl-HaddรขdAl-Haddรขd, 'Abdullรขh Mahfศz. al-Sunnat wa al-Bid'ah. Damaskus Dรขr al-Qalam. 1992 M/1413 H.
Pertanyaan Ke 1 Dalam al Qur'an dan semua Hadits Nabi tidak ada tersirat definisi dari masalah bid'ah dan pembagian bid'ah kepada lima itu hanya buatan Ulama saja?? Jawab Ya,memang definisi dan pengertian dari bid'ah tidak tersebut di dalam dalil Al Quran dan oleh para Ulama telah mengistimbatkan dari al Quran dan Hadits yang bertalian dengan masalah keseluruhannya,maka di buatlah definisi dari bid'ah. Sekelas Imam syafi'i terkenal dengan nama julukan"Ahlul Hadits",yaitu ahli dalam bidang masalah ilmu Hadits dan Imam Hanafi terkenal sebagai"Ahlul Rayi",yaitu ahli berpendapat mengistimbatk hukum. Kitab kitab karangan Imam syafi'i yang penuh dengan Hadits Yang shahih-shahih terutama sekali adalah kitab Al Umm yang besar. Dan sekelas Imam ibnu Hajar al Asqalani pembuat ta'rif bid'ah termasuk ahli dalam ilmu Hadits adalah pengarang kitab"Fathul Bari",yaitu syarah kitab Hadits Imam Bukhari. Imam Nawawi bukan saja ahli fiqih tetapi juga ahli ilmu Hadits dan kitabnya yang bernama "Syarah Muslim","Riyadhus Shalihin",al Adzkar dan pula Hadits arba'in membuktikan bahwa beliau juga ahli dalam ilmu Hadits. Imam 'Izzuddin bin Abdussalam wafat 660 H merupakan seorang Ulama besar juga, beliau ahli dalam ilmu tafsir dan ahli Hadits yang sudah mencapai derajat ilmunya kepada Imam mengarang kira kira sebanyak 30kitab dalam berbagai masalah Ilmu,diantaranya adalah kitab"Qawidul Ahkam fi Mashahalihil Anam" dan kitab"Majaz al Qur'an" beliaupun di berikan gelar julukan sebagai"Sultan Ulama Ulama". Baca juga; RPP 1 Lembar 2020 PKN SMA/MA kelas 10 Maka beliau beliau inilah yang membuat definisi dari bid'ah itu dan dari para beliaulah membagikan bid'ah kepada lima bagian yaitu sesudah mengistimbatkan al Qur'an dan Hadits yang bersangkutan dengan persoalan bid'ah. Pertanyaan Ke 2 Pada beberapa buku yang telah kami kutip bahwa definisi dari bid'ah adalah sesuatu yang tidak punya kalau sesuatu itu punya dalil apalagi tersebut di dalam kitab Bukhari dan Muwatha' itu bukan bid'ah lagi. Benarkah pendapat ini?? Jawab Pendapat ini sangat keliru dan tidak terarah. Yang di namakan bid'ah ialah sesuatu amalan agama yang tidak dikenal di diketahuinya pada zamannya Nabi,tetapi kemudian muncul sesudah wafatnya baginda Nabi. Jadi,mengenai sembahyang tarawih berjamaah 20 rakaat,walaupun ada dalilnya yaitu"Sunnah Khulafaur Rasyidin".juga digolongkan ke dalam bid' bid'ah hasanah bagus .Bukan bid'ah madzmumah tercela. Kami pernah mengutip di dalam kitab Hadits Imam Bukhari pada halaman 242 juz 1,dan pula di dalam kitab Muwatha' juz 1 halaman 136-137,di jelaskan perkataan Saidina Umar RdaSebaik baik bid'ah adalah ini tarawih berjamaah 20 rakaat. Karena masalah shalat terawih ini dikatakan oleh beliau setelah Saidina Umar melihat orang orang sembahyang tarawih 20 rakaat berjamaah sebulan penuh di mesjid. Di dalam kitab Imam Bukhari juga di terangkan bahwa mengumpulkan ayat-ayat al Quran untuk dijadikan satu buku merupakan bid' tidak dilakukan dikenal pada zamannya Nabi Perkara ini juga dikatakan bid'ah walaupun sudah ada dalilnya yaitu Sunnah Khulafaur Rasyidin Fathul Bari juzu' x halaman 385-390. Lokasi ariv yabarwiel "DUNIA HANYA HIASAN,AKHIRATLAH TUJUAN" By arifullah